Talas adalah umbi yang sangat dikenal di lingungan desa saya. Seperti dikisahkan Ibu saya, dulu talas adalah salah satu bahan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Talas dijadikan campuran beras yang disebut nasi cacah atau oran. Selain umbi talas, bahan campuran beras sebagai nasi cacah atau oran sebenarnya beragam. Namun terutama dari umbi-umbian. Seperti singkong, ketela rambat, keladi, gadung dan sebagainya.
“Dulu kan jaman susah. Tidak seperti sekarang, padi bisa panen dua sampai tiga kali setahun. Dulu, padinya masih padi tahun. Panennya setahun sekali. Itupun kalau tidak puun (kekeringan). Kan dulu airnya tidak seperti sekarang. Sekarang sudah ada empelan, sumur bor dan bendungan,” tutur Ibu saya suatu ketika.
Di desa, talas selain dimanfaatkan umbinya, daun talas dimanfaatkan sebagai pakan babi. Namun tak bedanya dengan nasi umbi talas yang telah terlupakan karena melimpahnya beras. Daun dan batangnyapun terlupakan. Pakan babi kini telah digantikan pakan babi pabrikan, yang membuat peternak babi mengalami ketergantungan. Kepraktisan membeli pakan babi, membuat peternak melupakan pakan alami yang sesungguhnya tumbuh subur. Namun apa daya, prinsip praktis dan ekonomis menggeser cara lama.
Belakangan ini muncul lagi nama talas di mana-mana. Berbagai jenis talas diperkenalkan sebagai komoditi pertanian yang menjanjikan. Di warung dekat rumah juga sesekali dijual umbi talas segar, dan cukup laris dibeli oleh generasi seumuran Ibu saya, dan termasuk Ibu saya. Kalau ke kebun, dia selalu menyempatkan memeriksa umbi talas. Kendati tidak ditanam dan dirawat secara khusus, bisa dibilang liar, beberapa rumpun talas warisan kakek saya itu masih memberi umbi yang lezat.
Di pedesaan, umumnya talas diolah dengan sangat sederhana, misalnya direbus, dikukus, dibakar atau digoreng sebagai keripik. Namun yang paling populer adalah dikukus, karena mudah dilakukan dan biasanya dititipkan ngukusnya saat menanak nasi. Kalau dibakar, biasanya dilakukan saat bekerja di kebun. Petani akan mengambil umbi talas, menyiapkan api dan membakarnya. Hasilnya akan menjadi camilan saat istirahat siang sambil ngopi.
Sekarang ini, dengan embel-embel industri kreatif bidang kuliner, talas kembali naik daun dengan berbagai jenis olahan yang terus terang enak dan kadang ketemu yang enak sekali. Selain mudah diolah dengan karakter bertepung seperti kentang, talas juga dipercaya cocok sebagai makanan diet karena mengandung karbohidrat sehat yang kaya serat.
Di sini saya berbagi tentang olahan talas rasa desa, yang saya yakin kamu bisa mengolah talas di rumah. Jangan khawatir, kamu pasti bisa selama punya niat dan umbi talasnya.
Ini cara masak yang paling mudah. Kalian butuh kompor dengan gas penuh. Panci kukus. Air bersih untuk memasak dan mencuci. Dan jangan lupa tutup pancinya. Kalian juga butuh tempat yang cukup untuk mencuci.
Siapkan beberapa umbi talas sesuai kebutuhan. Kupas kulitnya dan cuci bersih. Kemudian belah dan potong agak kecil sesuai selara. Secara tradisional, cara mengukur besar-kecilnya adalah satu potong itu setara dengan sekali suap, jangan terlalu kecil atau terlalu besar. Sepasnya mulut kita, atau mungkin seukuran foto KTP, 2 x 3 cm. Setelah dibelah dan dipotong, cuci beberapa kali hingga air cuciannya bening. Lalu rendam dengan air garam atau kapur sirih sambil menunggu memanaskan air.
Setelah air mendidih, kukus talas yang sudah dicuci bersih. Jangan memasukan talas ke dalam panci jika air belum mendidih, karena hasil akhirnya kurang baik. Kukus talas sekitar 20 – 30 menit. Semakin lama, talas akan semakin empuk.
Sebagai peneman, siapkan kelapa parut. Taburi kelapa dengan garam halus secukupnya. Kemudian bungkus dengan daun pisang, dan kukus bersama talas pada 10 menit terakhir. Setelah matang, hidangkan talas kukus dengan menaburkan kelapa di atasnya.
Ini sebenarnya adalah proses lanjutan untuk memberi nilai tambah nikmat pada masakan talas kukus. Namun biasanya, ukuraan potongan talasnya yang berbeda. Dibuat lebih besar. Misalnya panjangnya tiga ruas jari dan cukup dibelah dua, atau empat jika talasnya cukup besar. Kukus sampai empuk.
Setelah talas dikukus matang, siapkan tuak manis segar secukupnya. Bisa tuak kelapa atau aren. Masak tuak dalam pancil yang cukup besar. Setelah tuak mendidih, masukan talas rebus, aduk-aduk hingga tuak mulai mengental. Angkat dan sajikan.
Membuat kolak rasanya mulai lebih rumit dari dua masakan di atas, tapi masih cukup mudah dan menyenangkan untuk dilakukan.
Kali ini kita butuh talas yang harus dikupas dan dipotong dadu kecil-kecil, jangan lupa cuci bersih dan rendam. Kita juga membutuhkan kelapa parut untuk santan atau bisa pakai santan instan. Siapkan juga gula kelapa secukupnya, garam dan daun pandan. Air jangan lupa, ini sangat dibutuhkan.
Siapkan panci. Panaskan air dalam panci, setelah mendidih masukan talas, rebus hingga agak empuk. Lalu masukan gula dan garam, tambahkan daun pandan wangi. Setelah gula mencair, masukan santan, aduk-aduk. Di sini masuk bagian yang menyenangkan, yaitu mencicipi. Kalau sudah enak, matikan api. Kolak siap dihidangkan.
Kalian yang pernah ke Bali, harusnya tahu sate lilit. Sate lilit umumnya hanya menggunakan daging atau ikan yang dicampur kelapa. Namun ada juga yang membuat sate lilit hanya dengan daging atau ikan. Nah, sate talas ini adalah sate lilit dengan bahan baku talas dan daging atau ikan.
Pertama kali saya mencicipi sate talas adalah di desa Pedawa Bali Aga, Buleleng. Saat itu kami membuat kegiatan pelatihan dan pemutaran film. Jamuan yang dihidangkan, salah satunya adalah sate talas atau sate keladi. Setelah pulang dari Pedawa, akhirnya saya mencobanya dan masih terasa enak.
Langkah membuat sate talas ayam adalah menyiapkan bahan utamanya yaitu umbi talas dan daging ayam tanpa tulang dan kulit. Ukurannya, kalau saya biasanya 50:50. Jika ayam 250 gram maka talas juga 250 gram.
Daging ayam dihaluskan. Talas dikukus hingga emput kemudian haluskan seperti membuat mashed potato. Lalu campurkan semua bahan dengan bumbu halus. Uleni hingga merata. Bahan sate siap dililit dan dibakar.
Bumbu halus:
Keripik talas menjadi salah satu kegemaran saya kalau soal keripik-keripikan. Kebetulan teman saya seorang pelaku UMKM di desa Tukadaya - Jembrana, memproduksi dan menjual keripik talas atau nama kerennya taro chips. Produknya bukan hanya beredar di daerah kami saja, tapi sudah menjangkau desa internasional seperti Ubud. Embel-embel produk organik menjadi nilai jual tersendiri. Yang memang pada dasarnya, di desa talas dibiarkan tumbuh nyaris tanpa perawatan dan tentu saja tidak tersentuh pupuk kimia.
Nah, proses pembuatan keripik talas ini saya rekam dari obrolan dan penglihatan saya di dapur teman saya ini. Memang, ini semakin rumit prosesnya, tapi layak untuk dicoba. Namun kalau mau mencicipi yang tinggal hap!, kalian bisa segera mengontak teman saya Ngurah Sukadana alias Ngurah Kedongdong di Facebooknya, Raje Pala Khas Bali.
Awal-awal, saya agak bingung dengan produk keripik ini. Adik saya bilang, “Ayo nyobain keripik kedondong!” Tapi yang nongol keripik talas. Ternyata maksudnya keripik talas buatan Ngurah Kedonggong. Seandainya benar ada inovasi keripik kedondong.
Nah, mari kita simak langkah-langkah membuat keripik talas:
Kalau bicara keripik, pasti kalian akan menanyakan: ada rasa apa saja? Dalam proses perendaman, jika ingin rasa lain misalnya gurih maka tambahkan bumbu halus seperti bawang putih, kencur dan ketumbar. Masukkan bumbu halus ini ke dalam air rendaman. Jika menginginkan rasa-rasa kekinian, perasa bubuk bisa ditambahkan setelah keripik matang. Misalnya rasa balado, rasa rumput laut, rasa keju dan sebagainya. Kalau keripik talas Raje Pala Khas Bali, saat ini menawarkan dua rasa, original dan balado.