Dalam situasi apapun tekanan yang memicu stres akan menghampiri kita, bahkan bisa dikatakan kita tidak bisa menghindar dari situasi yang memicu stres. Nah, sekarang tergantung bagaimana kita melakukan menejemen stras, agar tidak menjadi akut dan menyakiti diri kita secara fisik dan emosional. Ingat, stres dapat memicu penyakit!
Uang bukan segala-galanya, tapi saat ini segala-galanya membutuhkan uang. Makan, tempat tinggal, pendidikan, transportasi, kesehatan bahkan pipispun perlu uang. Penghasilan yang lebih kecil dari pada kebutuhan pengeluaran, lilitan utang besar atau kebangkrutan biasanya mengakibatkan tingkat stres yang tinggi.
Ketika kita tidak memiliki pekerjaan berarti kita tidak punya penghasilan, ini salah satu pemicu stres. Namun ketika kita telah memiliki pekerjaan dan penghasilan yang lumayan, tekanan pekerjaan juga menimbulkan stres yang baru. Tidak peduli pria atau wanita akan mengalami serangan stres akibat bekerja berjam-jam, tuntutan deadline, target penjualan,dan sebagainya. Sebagai karyawan kita cenderung lebih tertekan pada saat ekonomi kita sedang buruk, ketika kita khawatir tentang PHK atau sangsi pemotongan upah yang tidak jelas.
Menghadapi masalah kesehatan pribadi, dapat memicu stres pada siapapun. Berusaha untuk sembuh, khawatir mengenai biaya rumah sakit atau berurusan dengan krisis kesehatan yang tak terduga atau penyakit kronis, semua dapat menimbulkan serangan stres. Yang menyedihkan adalah bahwa stres berkontribusi menghambat proses penyembuhan penyakit penyakit, dalam kata lain stres dapat memperparah penyakit.
Merawat anggota keluarga yang sedang sakit juga memberikan tekanan batin, dan kekhawatiran yang berat. Apa lagi orangtua yang memiliki anak dengan masalah kesehatan yang serius atau cedera yang berat. Mereka sangat khawatir, bagaimana mereka akan pulih? Sangat berat bagi perasaan orangtua yang melihat anak mereka menderita atau kesakitan. Segala kekhawatiran dan pikiran paling buruk kadang muncul.
Setiap orang dapat mengalami stres oleh karena hubungan pribadi, apa lagi tipe orang yang pemikir atau melankolis. Ketika hubungan yang pada dasarnya baik, kemudian mengalami persoalan yang memicu perselisihan, dengan orang tua, anak-anak yang mulai sulit diatur dan melawan, atau kadang-kadang konflik di antara teman-teman atau rekan kerja, akan membebani pikiran sepanjang hari bahkan hingga terbawa mimpi buruk.
Hubungan buruk suatu pasangan yang bahkan menimbilkan perceraian adalah salah satu penyebab lain stres antara pria dan wanita, bahkan berimbas pada anak dan anggota keluarga lain. Perceraian akan menghadirkan rentetan persoalan lain, seperti perselisihan tentang pembagian harta, keuangan, dukungan anak dan isu-isu hak asuh.
Trauma bisa terjadi pada masalalu (masa kanak-kanak) maupun kejadian sekarang (dewasa). Beberapa orang mengalami stres jangka panjang sebagai akibat dari trauma masa kecil. Pengalaman emosional yang sulit sebagai seorang anak dapat menyebabkan stres fisik pada tubuh sepanjang hidup. Anak-anak yang mengalami kekerasan atau yang tumbuh hidup dengan situsi penuh kekaran, pertengkaran orang tua, pecandu alkohol atau obat terlarang sering mengalami stres secara psikologis sepanjang masa dewasa.
Menghadapi kematian pasangan, orang tua atau orang terdekat dapat menjadi salah satu peristiwa yang paling melekat sepanjang sisa hidup. Masalah dapat semakin membuat tertekan ketika yang meninggal adalah tulang punggung keluarga, sementara masih ada tanggungan pendidikan anak-anak, atau kebutuhan finansial lainnya.
Trauma juga sering timbul akibat pengalaman berada dalam situasi berbahaya seperti kebakaran, kecelakaan mobil atau menjadi korban kejahatan, yang dapat menyebabkan stres. Setiap peristiwa berbahaya yang luar biasa bagi seseorang dapat menyebabkan trauma jangka panjang maupun pendek atau stres fisik atau emosional.
Orangtua berharap banyak dari anak-anak mereka dan karena itu anak-anak dituntut memperoleh hasil yang baik saat ujian. Namun, menempatkan harapan yang tinggi dan menekan anak-anak selama ujian dapat menyebabkan stres. Beberapa kejadian telah terjadi, akibat tertekan ketika akan mengikuti ujin nasional, seorang siswi SMP mengakhiri hidupnya.
Stres bagi anak-anak yang berada di bawah tekanan saat mempersiapkan untuk ujian adalah hal yang wajar. Namun, kemampuan mengelola stres dalam diri anak-anak tentunya berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Tekanan ini akan diterjemahkan ke dalam serangan kecemasan yang mengarah pada kegugupan yang sering disebut sebagai stres ujian.
Seringkali kita menemukan anak-anak merasa buntu, menagis, berubah menjadi pendiam, karena tekanan yang mereka hadapi, baik dari orang tua yang kadang menyampaikan harapan dengan nada mengancam, rasa percaya diri yang rendah, ancaman tidak lulus dan sebagainya. Tekanan stres yang tidak semestinya tersebut tanpa disadari merusak pikiran mereka di usia yang sangat muda.
Perubahan selalu memaksa kita untuk beradaptasi, kadang kita harus mengubah kebiasaan, mengubah pola tidur, pola makan atau gaya bicara yang membuat kita tertekan. Pindah kerumah baru, sekolah baru dengan situasi baru, lingkungan baru dan kebiasaan yang sangat berbeda sering membuat kita canggung dan memberikan efek stres. Bahkan jika kita pindah dari sebuah gubuk ke istana, ini masih akan membuat kita stres.
Perubahan besar dalam kehidupan kita, seperti masa awal pernikahan. Pasangan bru akan menemukan kejuta-kejutan yang harus bersedia di kompromi, apa lagi ketika menghadapi kehamilan pertama yang menjadi situasi luar biasa, ini tentu saja pengalaman baru bagi perempuan yang bisa menjadi peristiwa stres. Ini akan diperparah jika kehamilan itu tidak direncanakan, dimana kadang-kadang pasangan menghadapi kenyataan mereka tidak siap secara finansial maupun emosional bagi seorang anak.
Banyak cara untuk untuk mengurangi stres, termasuk meluangkan waktu untuk diri sendiri. Di sini kami punya rangkuman 7 cara untuk mengurangi stres. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.