Cara menulis cerpen ini saya tulis sebagai upaya pembelajaran diri, sebuah catatan proses kreatif saya dalam menulis cerpen selama ini. Tentu saja ini bukan cara baku, apalagi kaku. Karena menulis adalah proses kreatif, yang aturan paling mendasar adalah kebebasan berekspresi. Ayo tulislah, jangan ragu.
Cerita bisa disebut cerita pendek atau cerpen, tentu saja ketika dia pendek. Mengukur panjang pendeknya tentu kita butuh parameter. Parameter yang umum adalah ketersediaan ruang untuk penerbitan. Media seperti Koran Kompas, mensyaratkan maksimal panjang cerpen adalah 10.000 karakter, atau kurang lebih 1500 kata, dan jika diketik 1,5 spasi, Time New roman 12 akan tercapai 5 halaman A4. Ada juga media yang hanya menyediakan ruang untuk tulisan sepanjang 700 kata, atau kurang lebih 5000 karakter.
Lalu, apakah boleh menulis cerita lebih pendek dari itu? Tentu saja boleh. Mari kembali pada aturan paling mendasar; kebebasan berekspresi. Untuk cerita-cerita yang lebih pendek, misalnya dibawah 300 hingga Cuma 5 kata; ada beberapa istilah yang digunakan untuk penyebutannya. Misalnya Cermin atau cerita mini, dalam Bahasa inggris ada istilah short-short story, micro fiction dan flash fiction.
Semakin pendek batasan ceritanya, maka semakin padat cerita yang ditulis untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau pesan. Dan pasti semakin menantang sebagai sebuah eksperimentasi bertutur.
Menikmati cerpen membutuhkan waktu dan energi yang lebih sedikit dibandingkan membaca karya sastra panjang seperti novel. Sebuah cerpen bisa dibaca hingga selesai, bahkan sebelum nomor antrian dipanggil di ruang tunggu dokter. Cerpen yang ditulis dengan cara bertutur yang baik, biasanya membuat pembacanya enggan berhenti sebelum menemukan endingnya.
Buat saya, cerita pendek yang memberikan kenikmatan adalah cerita yang memberikan daya kejut yang kuat saat kita akan mencapai akhir. Atau cerita yang memiliki lapisan pesan yang kuat di balik kisah yang terkesan biasa, yang biasanya jenis cerpen ini memberikan ruang pikir dan memicu sebuah ide baru untuk diungkapkan. Satu lagi, cerpen yang menarik adalah ketika ia memiliki konteks yang kuat dengan pemikiran saya, atau dekat dengan situasi dan isu terkini; bagusnya lagi ketika gagasannya masih relevan sejak ditulis hingga ketika dibaca lagi sepuluh tahun kemudian.
Karena keterbatasan cerita pendek adalah pada jumlah kata, tentu saja dalam bercerita tidak sebebas menulis novel, yang bisa menulis lebih dari 10.000 kata. Namun bagi saya, apapun formatnya, struktur sebuah cerita tidak bisa lepas dari unsur pembuka, konflik, ketegangan, klimak dan ending. Yang seru dari struktur cerpen adalah, kita bisa memulai paragraf pembuka dengan sebuah konflik atau ketegangan. Kita bisa mengaduk-aduk perasaan pembaca sejak awal.
Baiklah, mari saya bagikan cara atau langkah-langkah, yang saya perbuat ketika hendak menulis sebuah cerpen. Meskipun ini tersusun berurutan dari atas ke bawah, mungkin bukan berarti urutan ini selalu cocok dengan semua orang. Tulisan ini juga hanya membutuhkan beberapa menit untuk dibaca, namun pada kenyataannya, setiap poin yang saya tulis di bawah ini, membutuhkan inkubasi lebih lama dari menghabiskan sebatang rokok.
Hal pertama dari langkah-langkah cara menulis cerpen versi saya, adalah; saya cenderung bergerak dari sebuah gagasan yang emosional, karakter yang melawan atau sedang kontra terhadap sesuatu. Jika sebuah isu dapat menyentuh secara emosional dan terasa intim dengan apa yang saya rasakan, maka saat itulah gagasan awal saya temukan.
Namun harus berhati-hati, apakah gagasan itu cukup layak untuk diceritakan sebagai sebuah karya yang akan dibagikan pada publik, atau hanya emosi curhat yang sangat personal, yang sebaiknya diceritakan pada buku diari saja. Gagasan dasar ini hendaknya bisa lebih universal dan menyentuh orang lain, yang akan membaca tulisan kita.
Ramuan kisah kekerasan politik, kehilangan, perjuangan hidup, cinta tak terbalas; selalu dapat menguras emosi. Dari gagasan dasar ini, bagaimana kemudian kita menariknya pada kehidupan nyata, kehidupan hari ini, membuatnya bersentuhan dengan emosi dasar manusia.
Kisah seorang anak kehilangan mainan, dibandingkan dengan ketika seorang anak kehilangan anjing peliharaannya atau kehilangan Ibunya, tentu akan memberikan emosi yang berbeda.
Ini adalah salah satu cara bagi seorang pemula seperti saya, fokus pada satu kasus khusus, sehingga cerita tidak melebar ke mana-mana. Saking fokusnya, kadang saya membuat sebuah cerita dengan seting waktu yang terjadi hanya dalam rentang satu hari atau beberapa saat saja.
Dalam cerpen Prahara Secangkir Kopi yang menjadi cerpen pembuka dalam buku kumpulan cerpen Politik Kasur, Dengkur dan Kubur, saya berfokus pada perasaan dan gerak-gerik fisik tokoh utama Kayan, bagaimana ia bereaksi terhadap situasi yang dihadapi; berseteru dengan istrinya, sehingga tidak dibuatkan kopi. Saya berfokus pada konflik batin, berusaha terus meningkatkan nuansa depresi, hingga mencapai ending.
Tentu saja bagi yang sudah berpengalaman dan punya kemampuan bercerita dan bahasa yang digjaya, sangat mungkin memasukkan lapisan-lapisan lain, pesan-pesan tersirat, maksud terselubung, simbol-simbol tertentu dalam tiap paragraf ceritanya.
Ada tokoh, ada aksi, ada reaksi dan ada situasi; itulah yang menggerakkan cerita. Tokoh yang meyakinkan adalah tokoh yang masuk akal dan pantas untuk melakukan aksi yang penulis inginkan, dan sanggup bereaksi atas situasi yang menghantamnya.
Tokoh Kayan dalam cerpen Prahara Secangkir Kopi, saya ciptakan sebagai laki-laki cuek, menganggap semuanya akan berjalan baik-baik saja, luka akan sembuh sendiri, berharap semuanya damai apa adanya, sehingga ketika dia dihadapkan pada konflik di rumahnya, dia memilih kabur keluar rumah, dan ketika ada konflik di luar rumah ia memilih kabur, dengan pulang. Sikap cuek inilah yang menjadi prahara dalam cerita ini.
Awal, tengah dan akhir. Lahir, hidup dan mati; menjadi dasar sebuah kehidupan dan cerita adalah replika dari kehidupan nyata yang sangat nyata dengan bumbu fantasi dan kenakalan penciptanya, penulis.
Struktur ini – awal, tengah, akhir – tidak selalu bisa diartikan secara harfiah sebagai urutan waktu atau kejadian yang runut secara kronologis; a, b, c, d, e …, namun sangat mungkin dimulai dari e mundur ke b, maju ke c, mundur ke a, lalu berakhir di d.
Cerpen Prahara Secangkir Kopi adalah contoh cerpen menggunakan struktur kronologis, maju pantang mundur. Dari Kayan bangun tidur pagi itu, berangkat ke kantor, pergi ke taman, pulang dan berakhir di rumah malam itu juga. Walaupun ada paragraf menyinggung kejadian lama, namun tetap ada dalam kerangka perasaan Kayan saat itu, bukan lompatan secara struktur.
Sebuah cerpen dengan struktur yang maju mundur saya ambil contoh, cerpen berjudul Terumbu Tulang Istri karya Made Adnyana Ole, dalam buku kumpulan cerpen Gadis Suci Melukis Tanda Suci Di Tempat Suci. Cerpen ini saya ambil sebagai contoh karena menggunakan nama tokoh yang sama, Kayan.
Di awal cerita, Kayan versi Adnyana Ole ditempatkan pada kisah hari ini, saat ia melakukan ziarah pagi ke dasar laut. Kemudian mundur ke masa Kayan bekerja sebagai guide diving, pada bagian berikutnya digambarkan Kayan entah beberapa tahun sebelumnya ketika ia dipisahkan dari istrinya oleh warga adat, kemudian melompat lagi ke belakang ketika Kayan berusia 13 tahun dan bekerja sebagai pegawai villa, dan cerita ini diakhiri dengan kisah asmara Kayan dengan istrinya yang menjawab kenapa warga adat tega memisahkan mereka. Struktur bercerita yang brilian.
Ketika mulai menulis, mungkin saja kita memiliki struktur yang kronologis, kemudian saat proses editing, eksperimentasi struktur bisa dilakukan untuk mendapatkan emosi tertentu dalam cerita.
Karena cerpen adalah cerita pendek, tidak ada waktu untuk bertele-tele, maka mulailah dengan sesuatu yang mengejutkan. Sebuah pokok pikiran yang menjadi kunci yang bisa nyantol di kepala pembaca, sehingga mereka tidak bisa berpaling ke lain hati.
Cerpen Prahara Secangkir Kopi saya mulai dengan konflik Kayan dengan Istrinya, dan menjadi pembuka yang menggerakkan cerita. Menarik atau tidak, terserah pembaca kemudian menilai setelah membacanya. Masih ada loh bukunya kalau mau.
Pada cerpen Terumbu Tulang Istri, Ole memaparkan dalam empat paragraf, perjalanan Kayan melakukan ziarah ke dasar laut, bercumbu dengan karang yang ternyata adalah tulang istrinya. Siapa yang tidak tersentu dengan pokok pikiran cerita seperti itu?
Satu lagi cerpen renyah yang ingin saya jadikan contoh, cerpen Putu Wijaya berjudul Laila, yang ditulis 12 Oktober 09, dibuka dengan kejadian seorang pembantu yang sedang menangis, dan dalam sebuah paragraf awal terungkaplah situasi yang sedang dihadapi Laila, sang pembantu.
”Dia punya konflik,” kata istri saya kemudian. ”Suaminya kurang ajar. Masak memaksa Laila banting tulang, tapi dianya ngurus anak ogah! Primitif banget! Laki-laki apa itu? Giliran anaknya kena DB dibiarin saja. Coba kalau sampai mati bagaimana? Pasti si Laila lagi yang disalahin! Memangnya perempuan WC untuk nampung kotoran?!” [Sumber]
Setiap bagian dalam cerita hendaknya adalah hal-hal yang penting dan menguatkan cerita. Setiap paragraf haruslah menggambarkan pokok masalah secara jelas dan tuntas, dan sebagiknya tidak lagi mengulangi pokok pikiran tersebut di lain paragraf, kecuali memang sebuah teknik pengulangan yang menguatkan cerita.
Kalimat mesti mampu bercerita dengan lugas, sesederhana mungkin. Menurut saya, berhasil dalam bercerita adalah ketika mampu mencapai puncak cerita dengan cepat dan tepat, kalau ada jalan short cut, ambil jalur itu dan ajak pembaca ke terminal pemberhentian dengan segera, walaupun perjalanan cerita masih akan berlanjut ke pemberhentian selanjutnya, hingga akhir.
Pilihan kata juga menjadi sesuatu yang sangat amat penting, karena sebagai penunjuk jalan cerita, kita bertanggung jawab pada kenyamanan penumpang. Namun tentu saja kita memiliki hak penuh atas kata-kata seperti apa yang ingin digunakan; kadang berikan mereka jalan mulus, sesekali biarkan mereka terguncang dengan menceburkannya ke kubangan di tengah jalan, karena kenakalan ini adalah dinamika perjalanan cerita, sehingga pembaca tidak tidur atau turun di tengah jalan.
Seperti virus, sebuah tulisan membutuhkan masa inkubasi yang cukup agar matang dan bisa menimbulkan penyakit yang menyengat pada pembaca. Berapa lama? Tentu saja tergantung jenis virusnya; kalau jenis virus deadline mungkin hanya punya waktu beberapa jam. Pada pokoknya adalah, sempatkan untuk mebaca ulang dengan suasana jernih, ambil sudut pandang baru sesuai kebutuhan, kemudian rasakan dan mulailah menyunat segala yang dirasa berlebihan dan lakukan tambal sulam pada bagian yang masih compang-camping.
Saya kadang membutuhkan 4 – 5 kali baca ulang dan koreksi, sebelum didiamkan dalam kurun waktu tidak terbatas, sambil melakukan pengayaan wawasan atas topik yang saya bahas. Kendati sedang menulis fiksi, kita membutuhkan pijakan nyata untuk menguatkan. Mencari referensi karya tulisan orang lain juga penting. Tulisan yang membahas topik sejenis, atau menggunakan gaya bercerita serupa dengan yang sedang kita kerjakan, barulah kemudian suatu saat yang tepat, tulisan itu kita baca dan kita koreksi lagi.
Satu langkah yang menjadi bagian penting cara menulis cerpen ini, yang saya anggap baik dan patut untuk selalu dicoba adalah, tunjukan tulisan ini pada orang yang netral, seorang mentor, minta pendapatnya; dan pastikan hati dan pikiran kita terbuka menerima segala saran dan kritik yang kemudian muncul. Jangan baper.
Tahap terakhir dari cara menulis cerpen ini, yang sesungguhnya adalah langkah pertama adalah; tulislah, berceritalah. Jika kamu baru mulai belajar menulis, tetapkan waktu menulis secara konsisten, cukup tiga paragraf tiap waktu, jangan pedulikan kualitasnya dulu, fokuslah pada kuantitas dan konsistensi.
Ketika kamu sudah memiliki tradisi menulis dalam dirimu, baru kemudian mulai meningkatkan kualitas dengan mengisi diri, membaca sebanyak mungkin, apakah itu karya sastra sejenis yang ingin kamu tulis, ataupun tulisan atau buku lain dari berbagai bidang keilmuan.
Ruang Belajar Bersama: Tutorial Menulis
Masuklah ke dalam komunitas yang sehat dan mendukung proses pembelajaran kita. Tidak hanya kelompok yang berkaitan dengan tulis-menulis, tapi berbagai kelompok kemasyarakatan yang memancing pemikiran baru, sudut pandang baru dan kemungkinan-kemungkinan baru dalam kehidupan. Jika berkenan mari bergabung di group WA Belajar Menulis Cerpen bersama mipmap.id.
Baiklah, saya sudah menulis lebih dari 10 ribu karakter mengenai cara menulis cerpen, yang tentu saja ini bukan pendek lagi, apalagi dibaca di hand phone. Semoga cukup lugas. Semua yang saya tulis adalah kisah dari sudut pandang diri saya. Tentu saja akan banyak sudut berbeda dengan proses kreatif yang sedang kalian alami. Semoga berkenan.
Jika sudah ada cerpen yang selesai, langkah berikutnya adalah publikasi. Bisa melalui blog pribadi atau memilih media cetak atau online yang menyediakan ruang seperti mipmap.id; kamu bisa lihat bagaimana mengirimkan tulisan ke mipmap melalui laman menjadi penulis.