Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang putri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Dia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu. Dia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.

Pada suatu hari, Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada Ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja dia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Dia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Dia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa, memohon kehidupan panjang umur agar bisa bertemu anaknya. Pada suatu ketika, para dewa memberinya anugerah. Dia akan awed muda dan memiliki kecantikan abadi.

Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya di sana, kerajaan itu sudah berubah total. Di sana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Dia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Dia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian dia mencari upaya untuk menggagalkan lamaran Sangkurian. Dia mengajukan dua buah syarat.

Pertama, dia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Yang kedua, dia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Dua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya dia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Terbit kecemasan dalam hati Dayang Sumbi ketika melihat pekerjaan Sangkuriang sebentar lagi selesai. Dia harus menggagalkan pekerjaan Sangkuriang agar pernikahan dengan anak kandungnya itu tidak terlaksana. Dia pun memohon pertolongan dari para Dewa.

Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapatkan petunjuk. Dayang Sumbi lantas menebarkan boeh rarang (kain putih hasil tenunan). Dia juga memkasa ayam jantan berkokok disaat waktu masih malam. Para makhluk halus sangat ketakutan ketika mengetahui fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang kesegala penjuru. Mereka meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai.

Sangkuriang sangat marah. Dia merasa Dayang Sumbi telah berlaku curang kepadanya. Dia sangat yakin jika fajar sesungguhnya belum tiba. Dia merasa masih tersedia waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemarahan tinggi, Sangkuriang lantas menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro. Sumbat aliran Citarum lantas dilemparkannya ke arah timur yang kemudian menjelma menjadi gunung Manglayang. Air yang semula memenuhi danau itu pun menjadi surut. Serasa belum reda kemarahannya. Sangkuriang lantas menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga terlempat jauh dan jatuh tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung yang kemudian di sebut gunung Tangkuban Perahu.

Kemarahan Sangkuriang belum reda. Dia mengetahui, semua itu sesungguhnya adalah siasat dari Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan dengannya. Dayang sumbi yang ketakutan berlari untuk menghindar hingga akhirnya menghilang di sebuah bukit. Bukit itu kemudian menjelma menjadi gunung Putri. Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sunbi akhirnya menghilang ke alam gaib.

Legenda Candi Prambanan, Roro Jongrang

Prabu Baka adalah Raja Prambanan yang terkenal sakti. Sosoknya berupa raksasa yang mengerikan. Meski sosoknya berupa raksasa, dia mempunyai anak perempuan yang sangat cantik wajahnya dan bernama Rara Jonggrang.

Syahdan, Kerajaan Prambanan diserang oleh Kerajaan Pengging yang dibantu Bandung Bondowoso yang terkenal sakti. Bandung Bondowoso mampu mengalahkan Prabu Baka dalam pertarungan yang sangat seru. Prabu Baka tewas dan akhirnya Kerajaan Prambanan dikuasai Bandung Bondowoso.

Ketika Bandung Bondowoso melihat Rara Jonggrang, dia langsung jatuh hati. Ia pun melamar Rara Jonggrang untuk dijadikan isterinya. Rara Jonggrang sesungguhnya tidak bersedia dijadikan isteri oleh Bandung bondowoso yang telah membunuh ayahnya. Namun, Rara Jonggrang tidak berani untuk langsung menolaknya. Ia mengetahui kesaktian Bandung Bondowoso. Dia bisa celaka jika menolak lamaran Bandung Bondowoso yang pemarah itu. Ia lantas mencari cara agar batal diperistri Bandung Bondowoso. Katanya, "Aku bersedia engkau jadikan isteri, namun aku mempunyai syarat untuk itu."

"Apa syarat yang engkau kehendaki?"

"Aku ingin engkau membuatkan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam," jawab Rara Jonggrang. "Semua itu harus engkau selesaikan dalam semalam. Jika engkau dapat melakukannya, aku bersedia menjadi isterimu."

“Baik" Bandung Bondowoso menyanggupi permintaan Rara Jonggrang. "Aku akan memenuhinya.”

Bandung Bondowoso mengerahkan kesaktiannya. Dipanggilnya seluruh bala tentara jin yang pernah ditaklukkannya. Bandung Bondowoso meminta para jin itu membantunya membuat seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam waktu semalam.

Bala tentara jin menyatakan kesediaannya. Mereka lantas bekerja keras dan sangat cepat. Candi-candi terwujud dalam waktu singkat. Jumlahnya terus meningkat. Begitu pula dengan dua sumur yang sangat dalam itu. Melewati tengah malam, ratusan candi telah berdiri. Dua sumur itu juga telah dalam. Mereka terus bekerja keras untuk mewujudkan permintaan Rara Jonggrang.

Rara Jonggrang sangat khawatir Bandung Bondowoso akan mampu mewujudkan kehendaknya. Candi-candi terus dibuat dalam kecepatan yang menakjubkan. Dua sumur yang sangat dalam itu juga hampir selesai. Bergulirnya sang waktu menuju fajar masih terbilang cukup bagi Bandung Bondowoso untuk merampungkan pembuatan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam itu. Kian khawatir Rara Jonggrang ketika mendapati jumlah candi yang dibuat telah melebihi sembilan ratus sembilan puluh candi. Lantas, Rara Jongrang berpikir untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Rara Jonggrang lantas membangunkan gadis-gadis Prambanan.

Rara Jonggrang meminta gadis-gadis to untuk membakar jerami di wilayah Prambanan sebelah timur. Sebagian gadis-gadis itu dimintanya pula untuk menumbuk padi dan juga menaburkan berbagai jenis bunga yang harum baunya.

Bala tentara jin sangat terperanjat mendapati cahaya menyemburat berwarna kemerah-merahan di sebelah timur. Mereka juga mencium harum aneka bunga. Kian kaget pula mereka saat mendengar bunyi lesung dipukul, Semua ciri-ciri itu menunjukkan jika waktu pagi telah tiba. Mereka pun bergegas pergi karena takut.

Padahal, sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi telah selesai, hanya tinggal satu candi lagi untuk mewujudkan permintaan Rara Jonggrang. Meski hanya tinggal satu candi lagi, namun Bandung Bondowoso tidak mungkin dapat membuatnya tanpa bantuan hantuan bala tentara jin.

Tak terkirakan kemarahan Bandung Bondowoso. Ia tahu, hari masih terhitung malam. Waktu pagi belum datang. la juga mengetahui, semua itu dilakukan Rara Jonggrang untuk menggagalkan usahanya. Jelas dia mengetahui ketidak-inginan Rara Jonggrang untuk menjadi isterinya. Dengan kemarahan yang meluap, Bandung Bondowoso pun mengeluarkan kutukannya. Gadis-gadis Prambanan yang membantu Rara Jonggrang untuk menggagalkan usahanya dikutuknya menjadi perawan-perawan tua. Kepada Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso berujar, "Hei Rara Jonggrang! Seribu candi yang engkau minta hampir selesai, hanya tinggal satu candi lagi, Karena engkau telah melakukan kecurangan untuk menggagalkan usahaku, maka jadilah engkau patung dalam candi yang ke-seribu!"

Seketika itu tubuh Roro Jonggrang membatu menjadi arca. Arca tersebut lantas diletakkan di dalam ruang candi besar yang hingga kini disebut Candi Roro Jonggrang.

Dongeng legenda adalah cerita rakyat yang bertujuan untuk menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan melalui cerita yang dibuat berdasarkan tokoh-tokoh atau tempat-tempat yang dianggap legendaris atau memiliki nilai historis atau keagamaan. Dongeng legenda biasanya diceritakan secara lisan dari generasi ke generasi sebelum akhirnya dituliskan. Cerita dalam dongeng legenda seringkali melibatkan unsur-unsur magis, mitos, dan legenda, dan menjadi bagian penting dari budaya suatu daerah atau negara. Contoh dongeng legenda yang terkenal adalah legenda Keong Mas, Roro Jonggrang, Malin Kundang, Sangkuriang, dan sebagainya.

Legenda Keong Mas

Pada zaman dahulu kala. Hiduplah seorang Raja yang bernama Kertamarta. Ia memimpin sebuah kerajaan yang sangat indah dan megah yang bernama Kerajaan Daha. Raja Kertamarta mempunyai dua orang Putri yang cantik, Dewi Galuh dan Candra Kirana. Kehidupan mereka sangat bahagia dan berkecukupan.

Pada suatu hari, datanglah seorang pangeran tampan dari kerajaan Kahuripan. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Kedatangan Pangeran ke kerajaan Daha adalah untuk melamar salah satu Putri Raja, yaitu Candra Kirana. Kedatangan dan maksud Pangeran sangat di sambut baik oleh Raja Kertamarta. Putri Candra Kirana pun menerima lamaran Pangeran Kertapati.

Karena pertunangan itu lah membuat Dewi Galuh merasa sangat iri. Ia menaruh hati pada Pangeran Kertapati dan merasa dirinyalah yang lebih cocok menjadi tunangannya. Dari perasaan irilah kemudian berkembang menjadi perasaan benci.

Dewi Galuh mulai merencanakan untuk menyingkirkan Candra Kirana dari kerajaan. Suatu hari, secara diam-diam Putri Dewi Galuh pergi menemui sorang penyihir jahat. Ia meminta bantuan kepada penyihir itu untuk menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikan sehingga Raden Inu menjauhinya. Ia pun berharap menjadi pengganti Candra Kirana sebagai tunangannya.

Penyihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh. Namun, penyihir tidak dapat masuk istana karena akan menimbulkan sebuah kecurigaan. Akhirnya, Dewi Galuh mempunyai siasat untuk memfitnah Candra Kirana, sehingga ia diusir dari kerajaan.

Candra Kirana meninggalkan kerajaan dengan perasaan sedih. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan penyihir jahat dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Mas. Setelah berhasil menyihir Candra Kirana, penyihir langsug membuangnya ke sungai.

“Kutukanmu akan hilang, jika kamu dapat bertemu dengan tunanganmu Pangeran Kertapati !” kata penyihir.

Suatu hari, seorang Nenek sedang mencari ikan dengan menggunakan jala. Akhirnya, Keong Mas ikut tersangkut oleh jala tersebut. Melihat betapa indahnya Keong Mas yang ia dapatkan. Si Nenek langsung membawanya pulang dan di simpannya Keong Mas di tempayan. Nenek tersebut memelihara Keong Mas dengan baik dan memberikan makan, agar tidak mati.

Keesokan harinya, sang Nenek kembali ke sungai untuk mencari Ikan. Namun, tidak satu pun yang ia dapatkan. Karena sudah terlalu lama tapi tidak mendaptkan hasil. Ia pun segera memutuskan untuk pulang kerumah.

Ketika Nenek sampai di rumah. Ia sangat terkejut. Ia melihat makanan yang sangat enak sudah tersedia di atas mejanya. Ia merasa sangat heran dan bertanya-tanya siapa yang sudah membuatkan makanan itu.

Setiap hari kejadian serupa terus terjadi. Karena merasa penasaran, Sang Nenek memutuskan untuk pura-pura pergi ke laut. Sebenarnya ia ingin tahu dan mengintip siapa yang sudah membuatkan makanan setiap hari.

Sang nenek sangat terkejut. Melihat Keong Mas yang ia simpan di tempayan berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Gadis cantik tersebut langsung meniapkan makanan di atas meja. Karena rasa penasarannya, Sang Nenek langsung menghampiri gadis cantik tersebut

“Siapa kamu putri yang cantik? Dan dari manakah asalmu?”, tanya sang Nenek

Keong Mas yang berubah menjadi wujud aslinya yaitu Candra Kirana. Sangat terkejut melihat kedatangan Sang Nenek yang tiba-tiba. Akhirnya, Candra Kirana menjelaskan siapa ia sebenarnya. Dan menceritakan kenapa ia berubah menjadi Keong Mas. Setelah menjelaskan kepada Sang Nenek, Candra Kirana pun kembali berubah wujud menjadi Keong Mas.

Sementara, Pangeran Kertapati terus mencari Putri Candra Kirana yang mendadak hilang entah kemana. Namun, kabar dari Candra Kirana pun tidak dapat ia dapatkan. Pangeran Kertapati yakin bahwa Candra Kirana masih hidup, dan ia terus mencari. Ia pun berjanji, tidak akan kembali ke kerajaan sebelum menemukan tunangannya Candra Kirana.

Akhirnya, penyihir jahat mengetahui bahwa Pangeran Kertapati sedang mencari Candra Kirana. Ia mencari cara agar Pangeran tidak dapat menemukan Candra Kirana. Ia pun menyamar menjadi seekor burung gagak.

Di tengah perjalanan, Pangeran Kertapati dikejutkan oleh burung gagak yang dapat bicara. Burung gagak tersebut mengetahui tujuannya. Pangeran yang merasa senang dan menganggap burung tersbut tahu dimana keberadaan Candra Kirana. Ia pun mengikuti petunjuk yang di berikan burung gagak. Padahal petunjuk jalan tersebut salah.

Pangeran Kertapati mulai kebingungan dengan petunjuk yang di berikan burung gagak. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang kakek tua yang sedang kelaparan. Ia segera memberikan makanan. Ternyata, kakek tersebut adalah seorang kakek yang sakti dan menolong Pangeran Kertapati dari burung gagak. Kakek memukul burung gagak dengan tongkatnya dan tiba-tiba burung gagak itu berubah menjadi asap.

Kakek tersebut memberikan petunjuk jalan. Pangeran Kertapati segera menuju Desa Dadapan. Berhari-hari, ia menempuh perjalanan. Namun, di tengah perjalanan bekalnya telah habis. Ia merasa sangat kehausan. Ia pun melihat sebuah rumah dan segera menuju ke rumah tersebut. Ia berniat untuk meminta segelas air. Namun, bukannya hanya air yang ia dapatkan. Tetapi Candra Kira yang ia cari. Ia melihat tunangannya dari jendela sedang memasak.

Akhirnya, Pangeran Raden dapat menemukan Candra Kirana. Ia merasa sangat senang. Begitu pula dengan Candra Kirana yang berhasil menghilangkan kutukannya, apabila bertemu dengan tunangannya. Candra Kirana menjadi gadis cantik jelita.

Pangeran Kertapati segera membawa Candra Kirana ke kerajaan Daha. Ia pun mengajak Nenek yang sudah menolongnya. Candra Kirana pun menjelaskan perbuatan Dewi Galuh selama ini kepada Baginda Raja. Akhirnya, kejahatan Dewi Galu terbongkar.

Dewi Galuh mendapat hukuman atas perbuatannya itu. Namun, karena merasa takut akan hukuman. ia melarikan diri ke hutan. Kemudian Baginda Raja minta maaf kepada Candra Kirana

Akhirnya, Pangeran Kertapati dan Candra Kirana memutuskan untuk menikah dan mereka hidup behagia.

Legenda Danau Toba, kisah tentang lelaki yang menikahi perempuan jelmaan iklan mas, yang menjadi kisah asal usul terjadinya Danau Toba di Sumatra Utara.

Legenda Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera Utara, hidup seorang petani muda bernama Toba yang rajin bekerja. Walaupun lahan pertaniannya tidak luas, ia selalu bersemangat untuk mencukupi kebutuhannya dari hasil pertaniannya. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia merasa belum menemukan wanita impiannya.

Di suatu pagi hari yang cerah, Toba tersebut memutuskan untuk melepaskan lelah setelah kemarin bekerja seharian di lahannya. Pemuda itu sangat suka memancing karena hal tersebut dapat membuatnya tenang sambil bersitirahat.

"Aah, mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam Toba dalam hati sambil menyiapkan alat-alat pancingnya. Ia lalu pergi ke sungai, duduk di tepian dan mulai melemparkan kailnya.

Setelah menunggu beberapa lama, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Toba segera menariknya dan bersorak kegirangan saat mengetahui ikan yang dipancingnya berukuran besar. Namun pemuda itu sedikit heran, sekaligus takjub, ketika memperhatikan sisik ikan tersebut. Sisik ikan itu begitu indah, berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat berkilau memancarkan kilatan yang menakjubkan.

"Ini ikan terindah yang pernah aku lihat." Ujarnya Toba kagum. "Hmmm, bagaimana
aku akan memakannya ya… ?"

Ikan tersebut tidak saja indah, tapi juga bisa bicara.

"Hai, siapa kah engkau? Apakah kau ikan ajaib?" tanya Toba

"Aku seorang putri ikan. Jangan makan aku, maka aku bersedia menjadi istrimu."

Lalu ikan tersebut menjatuhkan dirinya ke tanah, dan berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita.

Toba menggosok-gosokkan mata tak percaya "Apakah aku sedang bermimpi?"

"Tidak, kau tidak sedang bermimpi." Jawab puteri ikan. "Namaku puteri Intan. Kalau kau tak memakanku, aku akan menjadi isterimu."

Toba yang merasa sangat senang itupun mengangguk. Ia tak menyangka akan mendapatkan istri secantik puteri Intan. Sebelum menikah, puteri Intan meminta satu syarat pada Toba.

"Kau harus bersumpah tidak akan pernah menceritakan asal-usulku pada siapa pun.

Jika sumpah itu kau Ianggar, maka akan terjadi petaka dahsyat."

Toba menyetujui permintaan itu dan bersumpah di hadapan puteri Intan. Ia pun kembali ke rumah dan mengadakan pesta pernikahan yang dihadiri orang-orang di desa. Penduduk desa yang takjub melihat kecantikan istri Toba sangat penasaran dan menanyakan asal usulnya. Tentu saja Toba tak bisa menceritakan. Orang-orang pun sedikit curiga, namun tak dapat memaksa.

Toba dan puteri Intan hidup bahagia dan tenteram sebagai suami istri. Toba semain giat bekerja untuk mencari nafkah, mengolah sawah Iadangnya dengan tekun dan ulet. Mereka pun hidup sejahtera tanpa kekurangan.

Tak lama kemudian, kebahagiaan mereka bertambah dengan Iahirnya seorang bayi laki-laki. Mereka memberinya nama Samosir. Anak itu kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi selalu merasa lapar.

Ia makan lebih dari tiga kali sehari dan porsinya melebihi orang dewasa. Kadangkadang, makanan yang disediakan ibunya untuk mereka bertiga dihabiskannya sendiri. Kadang-kadang hal tersebut membuat ayahnya jengkel. Putri Intan dengan sabar mengingatkan Toba untuk tidak memarahi anaknya, apalagi mengucapkan kata-kata kasar.

"Bagaimanapun dia itu anak kita, dan ia sedang dalam masa pertumbuhan makanya ia makan banyak.” kata puteri Intan.

"Ya, aku tahu itu meski kadang-kadang aku harus menahan lapar karena tidak ada makanan tersisa."

"Engkau memang seorang suami dan ayah yang baik." puji puteri Intan kepada suaminya.

Pada suatu hari, Samosir diminta ibunya mengantarkan makanan untuk ayahnya yang ayahnya sedang bekerja di sawah.

"Nak, tolong antarkan makan siang untuk ayahmu ya. Dia pasti sangat kelaparan karena tadi pagi belum sarapan."

"Baiklah, Bu. Aku akan mengantarkannya setelah aku sendiri makan." Jawab Samosir sambil mengambil masakan ibunya dari meja. Setelah makan Samosir segera berangkat membawa rantang yang telah disiapkan ibunya.

Sudah tengah hari, dan bayang-bayang matahari sudah sangat pendek. Toba yang sedang bersitirahat di gubuk kecil di tepi sawah menyeka peluhnya. Sambil mengipasi diri, ia mulai bertanya-tanya mengapa anaknya belum juga datang mengantar makanan. Perutnya sudah mulai keroncongan sebab tadi pagi ia terburuburu berangkat dan tak sempat makan.

"Hmmm, ke mana Samosir? Mengapa lama sekali ia belum datang, padahal hari sudah sangat siang dan aku lapar sekali."

Setelah menunggu beberapa lama tak kunjung datang, akhirnya Toba memutuskan kembali ke rumah untuk makan. Dalam perjalanan pulang, betapa terkejut ia saat melihat Samosir sedang bermain di lapangan dengan teman-temannya. Lebih terkejut lagi saat dilihatnya rantang makan siang tergeletak di tepi jalan, kosong melompong, tandas tak ada isinya. Tahulah ia bahwa puteranya telah memakan semua makanan tersebut dan melalaikan tugasnya. Toba yang sangat kelaparan merasa begitu marah.

"Hei, Samosir! Ke sini kau!" teriaknya keras memanggil anaknya yang sedang bermain.

Samosir mendekat dengan rasa takut, menyadari kesalahannya. Toba yang tak dapat menahan amarah segera menjewer telinga Samosir keras-keras, membuat anak itu menyeringai kesakitan.

"Dasar anak tidak tahu diri.” teriak Toba marah. "Makanmu saja banyak tapi tugas kecil pun kau lalaikan! Dasar anak ikan!"

Begitu selesai ucapan Toba, tiba-tiba angin kencang bertiup dan petir pun menyambar-nyambar. Awan cerah di siang terik segera berubah menjadi mendung gelap. Hujan turun dengan sangat deras. Tahulah Toba bahwa ia sudah melanggar sumpahnya untuk tidak mengatakan asal usul istrinya.

Di rumah, puteri Intan pun mengetahui bahwa suaminya telah melanggar sumpah. Dengan penuh isak tangis, ia perlahan-lahan berubah wujud kembali menjadi seekor ikan. Sementara itu hujan semakin deras mengakibatkan banjir badang. Air bah meluap ke seluruh penjuru membuat penduduk desa panik. Mereka segera berlari meninggalkan rumah menuju bukit yang lebih tinggi.

Toba pun menangis mengetahui petaka yang dikatakan istrinya terjadi. Ia tak sempat menyelamatkan diri, anaknya pun hilang ditelan banjir. Air meluap tinggi dan merendam seluruh desa, lalu membentuk danau yang sangat luas. Sebuah pulau muncul di tengah danau tersebut, Ietaknya persis di tempat Samosir terakhir berdiri.

Danau itu kemudian dinamakan Danau Toba, sedangkan pulau kecil di tengahnya diberi nama Pulau Samosir.