Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas

Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas mengisahkan tentang seorang gadis cilik yang hidup sebatang kara di sebuah desa bersama seekor angsa mungil yang cantik. Dia menghadapi keserakahan seorang penyihir jahat yang menginginkan angsa cantiknya, karena memiliki sebuah keajaiban, yaitu bertelur emas.

Selain Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas ini, ada juga versi lain dongeng Angsa Bertelur Emas, yang berkisah tentang petani  yang mendapat rejeki dari angsa peliharaannya yang tiba-tiba bertelur emas. Tapi, karena keserakahannya dia kehilangan rejekinya. Dongeng-dongeng ini bercerita tentang sikap serakah dan ketidak sabaran.

Dalam dunia dongeng, seringkali terdapat tokoh manusia yang berhadapan dengan penyihir jahat. Kisah-kisah seperti "Cinderella", "Snow White", dan "Sleeping Beauty" merupakan beberapa contoh dongeng yang memasukkan tokoh manusia yang berhadapan dengan penyihir jahat. Penyihir seringkali dianggap sebagai simbol kejahatan dan kekuasaan yang ingin merugikan manusia, sehingga peran manusia dalam cerita menjadi sangat penting untuk menghadapi ancaman tersebut. Termasuk Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas ini.

Emas sering dianggap sebagai harta berharga dan diinginkan oleh banyak orang, termasuk penyihir jahat dalam dunia dongeng. Kisah-kisah banyak menampilkan motif emas yang menjadi pusat konflik dalam cerita. Emas juga sering dijadikan alat tukar dalam dongeng, dan menjadi simbol kekayaan dan kekuasaan.

Dalam dongeng, adanya tokoh jahat dan baik biasanya dimaksudkan untuk memberikan pesan moral kepada pembaca atau pendengar. Karakter-karakter ini seringkali merepresentasikan konflik antara kebaikan dan kejahatan, dan melalui cerita, pembaca dapat belajar tentang nilai-nilai seperti kesabaran, kerja keras, dan kejujuran.

Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas

Seorang gadis cilik hidup sebatang kara di sebuah desa. Yang ia miliki hanyalah seekor angsa mungil yang cantik peninggalan kedua orang tuanya.

Seiring berjalannya waktu, angsa dan gadis kecil itu semakin tumbuh besar. Hingga suatu hari saat angsa bertelur, gadis cilik itu terkejut karena angsa tidak bertelur seperti biasa. melainkan bertelur sebuah telur emas.

Mengetahui angsa miliknya dapat bertelur emas, gadis cilik itu sangat senang. Ia pun menjual telur emas itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Suatu hari gadis cilik dan angsanya bertemu dengan seorang pengemis. Ketika itu gadis cilik hendak menjual telur emas yang akan digunakan untuk membeli makanan.

Saat melihat pengemis itu, gadis cilik merasa sangat iba. Ia pun memberikan telur emas miliknya kepada pengemis. Pengemis sangat berterima kasih pada gadis cilik itu.

Beberapa hari kemudian saat gadis cilik itu berjalan-jalan dengan angsa miliknya, ia bertemu dengan seorang kakek tua yang sedang menangis. Gerobak miliknya rusak parah karena ditabrak sekumpulan domba. Gadis cilik yang merasa iba, memberikan telur emas miliknya pada kakek tua itu untuk membeli gerobak yang baru.

Cerita gadis yang memiliki angsa bertelur emas tersebar hingga ke penjuru negeri. Seorang penyihir jahat yang mengetahui tentang telur emas itu pun berniat mencari tahu.

Penyihir jahat pun menyamar menjadi seorang nenek. Saat melihat gadis cilik dan angsanya lewat, ia memanggil gadis cilik itu.

“Gadis cilik yang cantik dengan seekor angsa, sudikah kiranya kau membantu nenek, cucu nenek sedang sakit dan membutuhkan obat,” ujar penyihir jahat berbohong.

“Baiklah nek, aku memiliki sebutir telur yang dapat nenek gunakan untuk membeli obat serta makanan. Semoga cucu nenek lekas sembuh ya nek.” Gadis cilik pun berlalu.

Saat penyihir melihat telur angsa pemberian gadis cilik itu benar-benar terbuat dari emas, ia merasa tidak puas dengan hanya memiliki satu butir. Ia menginginkan lebih banyak telur emas dari angsa itu.

Penyihir jahat itu pun merencanakan sesuatu. Ia ingin mencuri angsa milik sang gadis cilik.

Saat malam tiba, penyihir mengendap-endap ke rumah sang gadis untuk mengambil angsa. Gadis cilik yang tengah tidur pulas tidak menyadari bahwa angsanya akan dicuri. Namun, angsa mengetahui bahwa ada seorang penyihir jahat yang hendak membawa pergi dirinya.

Angsa itu melepaskan beberapa bulu dari tubuhnya, sebelum akhirnya penyihir membawanya jauh ke dalam hutan, ke tempat tinggal si penyihir jahat.

Saat penyihir tiba di rumahnya, ia menyuruh angsa itu untuk bertelur. Angsa pun bertelur, namun alangkah terkejutnya penyihir saat melihat telur yang keluar bukanlah telur emas.

Telur yang ia terima hanyalah telur biasa, bahkan saat ia membuka cangkangnya, telur itu adalah telur busuk. Penyihir yang marah mengetahui angsanya tidak bertelur emas, memaksa angsa untuk terus bertelur. Namun, tidak ada sebutir pun telur emas. Semua telur yang dikeluarkan adalah telur busuk.

Sang penyihir semakin marah. Ia pun membelah perut angsa itu, berharap menemukan telur emas di dalamnya. Namun, penyihir harus menelan kekecewaan karena tidak ada satu telur emas pun di dalam perut angsa.

Saat gadis cilik mengetahui angsanya telah pergi, ia sangat sedih. Ia mengira sahabatnya itu pergi karena sudah tidak ingin bersamanya lagi. Ia merasa bersalah karena ia mengira angsa telah lelah bertelur dan meninggalkan dirinya.

Gadis cilik melihat beberapa helai bulu angsa tergeletak. Ia pun mengambil bulu-bulu angsa itu. Ia menyimpan bulu angsa itu baik-baik karena hanya itu yang dapat mengingatkan dirinya pada angsa yang telah bersamanya sejak lama. Bulu-bulu itu disimpannya di dalam sebuah kotak.

Keesokan harinya saat gadis cilik membuka kotak yang berisi bulu angsa, ia terkejut karena bulu angsa itu sudah berubah menjadi beberapa helai kain. Gadis cilik yang keheranan mengambil kain itu. Saat menyentuhnya ia merasa seperti tengah menyentuh angsa miliknya yang hilang.

Ia pun menenun kain untuk menjadikannya sebuah baju. Setelah berhasil membuat sebuah baju, ia kembali membuka kotak tempat menyimpan bulu angsa.

Alangkah terkejutnya ia, karena kembali mendapati kain yang lembut seperti bulu angsa di dalam kotak. Begitu setiap hari. Sang gadis cilik akhirnya menjadi pembuat dan penjual baju, karena setiap ia membuka kotak, ia mendapat kain yang lembut seperti bulu angsa.