Dongeng Angsa Bertelur Emas, Cermin Keserakahan

Dongeng Angsa Bertelur Emas merupakan dongeng yang sangat digemari, karena pesannya tentang sikap menahan diri, tidak rakus atau serakah. Dalam kisah ini, mengambarkan sikap manusia yang ingin cepat, mudah dan sering terjebak oleh ketamakan yang membuatnya menyesal kemudian.

Setelah mendengarkan dongeng ini, sangat menarik untuk membahas mengenai kehidupan yang butuh proses, ada tahap-tahap yang harus dilalui. Ada tangga yang harus dititi dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya untuk mencapai puncak menara kesuksesan. Contoh paling sederhana adalah belajar atau menempuh pendidikan. Dari play group hingga perguruan tinggai; dari belajar mengenal angka dan huruf hingga mampu menulis tesis yang brilian.

Selain Dongeng Angsa Bertelur Emas yang populer ini, ada juga dongeng serupa, dengan cara bercerita yang berbada dengan judul Dongeng Anak Petani dan Angsa Bertelur Emas.

 

Dongeng Angsa Bertelur Emas

Suatu sore, dalam perjalanan pulang dari ladang di pinggir hutan, seorang petani menyelamatkan seekor angsa kurus berbulu putih kusam, yang terjebak dalam lubang berlumpur. Sepanjang jalan pulang, dia menanyakan pada setiap orang yang ditemuinya, apakah ada yang kehilangan angsa peliharaannya. Namun tak seorangpun mengaku memiliki angsa itu. Petani itu akhirnya membawa angsa itu pulang ke rumahnya. Diteruhnya angsa itu dalam kandang bambu di belakang rumah, kemudian diberi makanan dan air.

Esok harinya, saat hendak memberi makan angsa, petani itu terkejut bukan kepalang. Ahhh, telurnya kuning?" Kata petani itu. Perlahan, diambilnya telur itu dan diamatinya, dikocok-koco, diketuk-ketuk, diterawangkannya ke matahari.

"Buk, lihat buk. Angsa itu bertelur." teriak Petni sambil berlali ke dapur menemui istrinya yang masih sibuk memasak.

"Bawa ke sini telurnya, biar Aku rebus untu makan kita hari ini, kita tidak punya daging." Jawab Istri Petani.

"Tapi lihat, telurnya berwarna kuning, apakah mungkin ini emas?" Tanya Petani setelah tiba di dapur.

Istri Petani terkejut melihat telur di tangan suaminya. Lalu dia mengambilnya dan berlari keluar dapur agar dapat melihatnya di bawah cahaya yang lebih terang.

"Ini emas pak, emas....!" Kata Istri Petani dengan suara bergetar. "Bawalah ke pasar pak, tanya pada pedagang emas, kalau ini benar-benar emas, dia pasti mau membelinya."

Tanpa pikir panjang, Petani itu bergegas pergi ke pasar membawa telur itu. Tidak sampai tengah hari, dia sudah berlari terengah-engah kembali kerumahnya.

"Buk, lihat buk! Pedagang itu membelinya dengan harga mahal, kita punya uang banyak sekarang." Teriak petani itu sambil menunjukan uang kepada istrinya.

Hari itu juga, angsa ajaib bertelur emas dipindahkan dari kandang bambu ke dalam salah satu bilik di dalam rumah Petani. Kini bukan lagi kandang bambu tempat si angsa, tapi sebuah ranjang indah yang diberi kelambu putih. Dan bukan lagi jerami sebagai sarang tempat angsa itu mengeluarkan telur emasnya, tapi kapas lembut yang dibungkus kain sutra terbaik.

Timbul Keserakahan

Petani dan Istrinya bergantian menjaga dan merawat angsa itu. Setiap hari mereka memanen sebutir telur emas, menjualnya dan mengumpulkan semakin banyak uang. Namun semakin hari, hal itu membuat petani itu mulai tidak sabar, karena hanya mendapat satu telur emas setiap hari.

Kemudian petani itu memutuskan memberi makan lebih banyak dan lebih enak pada angsa itu. Dia juga membuatkan kolam kecil yang diisi dengan air kembang tujuh rupa, sebagai tempat angsa itu mandi dan berenang. Dengan harapan angsa itu senang dan akan bertelur lebih banyak.  Makin hari, angsa itupun tampak semakin gemuk dan bulunya putih mengkilat. Namun, telurnya masih hanya sebutir sehari, bahkan kadang tidak bertelur kalau hari minggu atau tanggal merah.

Keadaan demikian itu membuat petani geram dan uring-uringan. "Buk, kita tidak bisa terus begini. Capek juga nungguin angsa itu yang hanya bertelur satu butir sehari. Kita harus mengambil jalan lain yang lebih cepat." Kata petani pada istrinya suatu malam.

"Lakukan saja apa yang menurutmu bisa membuat kita lekas punya banyak telur emas, agar kita segera menjadi orang paling kaya di negeri ini." Kata Istri Petani sambil mengelus-elus beberpa butir telur yang belum mereka jual.

Akhirnya malam itu juga, petani dan istrinya masuk ke bilik angsa dan mulai melakukan rencananya. Pertama-tama mereka memijat-mijat perut angsa itu untuk mengeluarkan telurnya. Namun sayang, bukan telur yang keluar, tapi kotoran yang bau muncrat mengotori ranjang itu. Petani itu menjadi kesal.

"Ambil pisau!" Perintah petani pada istrinya. "Kita akan menyembelih angsa ini dan mengambil seluruh telur emas dalam tubuhnya," Kata petani.

Malam itu, naas bagi angsa dan sial bagi petani. Setelah angsa itu disembelih, jangankan butiran emas sebesar telur, sebutir pasir emaspun tidak ditemukannya. Tubuh petani dan istrinya lemas lunglai, jatuh berlutut menangisi angsa yang sudah tidak bernyawa itu. Rejeki mereka kandas, oleh keserakahan mereka sendiri.

 

Pesan Moral Dongeng

Jangan serakah
Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak menjadi serakah dalam hidup. Meskipun Angsa hanya bertelur satu butir sehari, pemiliknya tetap merasa bersyukur dan bahagia. Namun, ketika ia menjadi serakah dan ingin mendapatkan semua telur dalam satu waktu, ia malah kehilangan semuanya.

Jangan bersikap tidak sabar
Dongeng ini mengajarkan kita untuk bersabar dan menikmati proses. Pemilik Angsa tidak sabar menunggu telur emas berikutnya dan ingin mendapatkannya sekaligus. Namun, ia tidak menyadari bahwa keinginan tersebut bisa merusak semua yang telah ia dapatkan.

Bersyukur dengan apa yang kita miliki
Dongeng Angsa Bertelur Emas mengajarkan kita untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki. Meskipun telur emas hanya satu butir sehari, pemilik Angsa merasa bahagia dan bersyukur dengan apa yang ia miliki. Namun, ketika ia menjadi serakah, ia kehilangan segalanya.

Jangan mengambil sesuatu dengan cara yang salah
Pemilik Angsa ingin mendapatkan semua telur sekaligus dan memutuskan untuk membunuh Angsa. Namun, tindakan ini berakhir dengan ia kehilangan segalanya. Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil sesuatu dengan cara yang salah atau merugikan orang lain.

Kita harus memikirkan akibat dari setiap tindakan yang kita lakukan
Pemilik Angsa tidak memikirkan akibat dari tindakannya dan hanya fokus pada keuntungan yang bisa didapatkan. Namun, tindakan tersebut berakhir dengan ia kehilangan segalanya. Kisah ini mengajarkan kita untuk memikirkan akibat dari setiap tindakan yang kita lakukan.