Dongeng Bawang Merah Bawang Putih sangat terkenal di Indonesia dan juga di banyak negara lain di dunia. Dongeng ini terkenal karena memiliki pesan moral yang kuat dan dapat dipahami oleh anak-anak.
Dalam dongeng ini, Bawang Merah dan Bawang Putih adalah dua saudara perempuan yang sangat berbeda sifatnya. Bawang Merah adalah sosok yang egois dan kejam, sedangkan Bawang Putih adalah sosok yang ramah dan baik hati. Konflik muncul ketika ibu mereka meninggal dan ayah mereka menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki seorang anak perempuan.
Bawang Merah merasa cemburu karena Bawang Putih lebih dicintai oleh ayah mereka. Ia pun mencoba berbagai cara untuk membuat Bawang Putih menderita dan akhirnya berhasil mengusirnya dari rumah. Namun, Bawang Putih justru bertemu dengan seorang peri yang memberinya bantuan.
Melalui perjuangan Bawang Putih, ia berhasil membuktikan bahwa kebaikan hati selalu berbuah manis, dan Bawang Merah pun menerima hukuman yang pantas untuk perbuatannya yang jahat. Pesan moral dari dongeng ini adalah bahwa kebaikan hati akan selalu dihargai, dan kejahatan tidak akan pernah berakhir dengan baik.
Dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih sangat terkenal dan disukai oleh banyak orang karena ceritanya yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak. Selain itu, dongeng ini juga memberikan pelajaran yang penting tentang pentingnya memiliki hati yang baik dan berbuat baik pada sesama.
Dahulu kala, ada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Mereka memiliki seorang puteri yang bernama Bawang Putih. Namun pada suatu hari, ibu Bawang Putih jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Setelah kejadian itu, Bawang Putih hidup sendiri dengan ayahnya. Ayah Bawang Putih adalah seorang pedagang yang sering bepergian jauh. Karena tak tega meninggalkan Bawang Putih sendirian di rumah, akhirnya ayah Bawang Putih memutuskan menikah lagi dengan seorang janda. Janda tersebut memiliki satu anak yang diberi nama Bawang Merah.
Sebenarnya niat ayahnya adalah agar Bawang Putih tak kesepian dan memiliki teman yang membantunya di rumah. Namun ternyata, ibu dan kakak tiri Bawang Putih memiliki sifat yang jahat. Mereka bersikap baik pada Bawang Putih hanya ketika ayahnya ada bersamanya. Namun ketika ayahnya pergi berdagang, mereka menyuruh Bawang Putih mengerjakan segala pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Ternyata kemalangan Bawang Putih belum berhenti sampai disitu, selang beberapa waktu, ayah Bawang Putih juga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Kini, ibu tiri dan Bawang Merah bersikap semakin jahat pada Bawang Putih. Bahkan waktu beristirahat Bawang Putih juga semakin terbatas. Tiap hari dia harus melayani semua kebutuhan Bawang Merah dan ibu tirinya. Sampai pada suatu pagi ketika Bawang Putih mencuci di sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan Bawang Merah hanyut. Ketika sampai rumah, Bawang Merah memarahi Bawang Putih karena selendangnya tidak dia temukan. Dia menyuruh Bawang Putih mencari selendang itu dan tidak boleh pulang sebelum menemukanya. Akhirnya, Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari selendang itu. Hingga larut malam, selendang itu belum juga dia temukan. Ketika tengah menyusuri sungai, Bawang Putih nelihat sebuah gubuk, ternyata gubuk itu dihuni oleh seorang nenek sebatang kara. Bawang Putih akhirnya meminta izin untuk menginap semalam.
Nenek itu cukup baik hati, dia mempersilahkan Bawang Putih untuk menginap. Nenek itu juga menanyakan perihal tentang Bawang Putih, dan bagaimana dia sampai di tempat itu. Bawang Putih pun menceritakan nasib yang dialaminya, hingga nenek yang mendengar itu merasa iba. Ternyata, selendang yang dicari Bawang Putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang itu dengan syarat Bawang Putih harus menemaninya selama seminggu. Bawang Putih menerima tawaran itu dengan senang hati.
Waktu seminggupun berlalu, dan kini waktunya Bawang Putih untuk pulang. Karena selama tinggal disitu Bawang Putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan memberi hadiah pada Bawang Putih. Dia disuruh memilih diantara dua buah labu untuk dia bawa. Awalnya Bawang Putih ingin menolak, namun karena ingin menghormati pemberian, Bawang Putih akhirnya memilih labu yang kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan itu.
Setelah itu, Bawang Putih pun segera pulang dan menyerahkan selendang itu pada Bawang Merah. Setelah itu dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata labu itu berisi emas permata yang sangat banyak. Secara tak sengaja, ibu tiri Bawang Putih melihatnya dan langsung merampas semua emas itu. Bukan hanya itu, dia juga memaksa Bawang Putih untuk menceritakan dari mana dia mendapat labu ajaib itu.
Mendengar cerita Bawang Putih, muncul niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Esok paginya, dia menyuruh Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang silakukan Bawang Putih, dia berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih banyak.
Singkat cerita, Bawang Merah yang malas itu tiba di gubuk nenek, dan diapun tinggal disitu selama seminggu. Namun karena sifatnya yang pemalas, dia hanya bermalas-malasan saja dan tidak mau membantu pekerjaan si nenek. Dan ketika sudah waktunya pulang, diapun di suruh memilih labu sebagai hadiah. Tanpa fikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari pulang tanpa mengucapkan terimakasih.
Setelah tiba dirumah, Ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang sangat besar. Dia berfikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh Bawang Putih dan takut jika Bawang Putih minta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih mencuci disungai. Setelah itu mereka masuk kamar dan menguncinya dengan rapat.
Dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Namun diluar dugaan, bukan emas yang ada didalamnya. Melainkan labu itu dipenuhi ular, kalajengking, kelabang, dan berbagai hewan berbisa. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dari labu dan menggigit kedua anak dan ibu serakah itu.