Dongeng Bebek buruk Rupa merupakan karya asli dari Hans Christian Andersen dengan judul asli Den grimme ælling, dan umumnya diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan judul The Uglu Duckling.
Dongeng ini ditulis ulang menyesuaikan lokasi dan juga dibuat tidak terlalu panjang. Bisa dibilang ini adalah terjemahan bebas sekaligus veri ringkas tanpa mengurangi makna utama atau pesan moral penting dari kisah ini. Ceritakan dongeng ini untuk meningkatkan percaya diri anak-anak kita.
Di sebuah desa yang jauh di pinggur hutan, saat itu baru memasuki musim kemarau. Pohon-pohon masih hijau; sawah-sawah baru saja dipanen; air kali masih mengalir jernih; kolam kecil dan rawa-rawa masih penuh air dan menjadi tempat kawanan burung dan binatang lain berenang dan mencari makan.
Di dataran yang agak tinggi; di antara rumput-rumput yang tinggi; seekor bebek bertelur di sarangnya, dan ini adalah masa dia harus mengerami telur-telur itu. Itu adalah tugasnya sebagai induk bebek, walaupun agak sedih melihat kawanannya yang asik berenang, tanpa ada yang mau menemaninya ngobrol.
Akhirnya hari bahagiapun datang juga. Dari sepuluh telur yang dieraminya, satu persatu mulai menetas. Muncullah anak-anak bebek berbulu halus berwarna kekuningan.
"Kwik kwik, kwik kwik, kwik kwik..." Suara anak-anak bebek itu begitu berisik dan lucu, yang membuat induknya merasa bahagia sekali.
"Anak-anaku inilah dunia. Setelah berhari-hari kalian ada dalam cangkang telur itu, ini saatnya kalian menikmati dunia yang terang ini, kalian akan melihat lebih banyak dan lebih luas, sebagaimana yang kalian inginkan."
Namun, sudah beberapa hari berlalu, satu butir telur tampak belum memberikan tanda-tanda akan menetas. Sejak awal, telur itu memang paling berbeda, ukurannya lebih besar dari telur-telur lain.
"Hai, inikah anak-anakmu? ah cantik-cantik sekali mereka. Ayo ajaklah mereka segera ke kolam untuk berenang." Kata bebek tua yang menjenguknya.
"Ya, ingin sekali akau segera mengajaknya pergi. Tapi aku harus menunggu satu telur lagi yang belum menetas." Jawab induk bebek.
"Oh, coba kulihat." Kata bebek tua. "Hem, telur ini tampak terlalu besar untuk menjadi telurmu. Cobalah ketuk-ketuk dengan paruhmu, mungkin bisa membantu. Siapa tau anak itu terlalu lemah atau terlalu malas untuk berusaha memecahkan cangkangnya. Semoga beruntung." lanjut bebek tua, kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.
Induk bebek melakukan saran bebek tua. Dan menjeng sore, telur itu mulai retak dan menetaslah seekor anak bebek, yang, agak aneh. Dia tidak tampak sama dengan anak-anak lain; tubuhnya lebih besar dan warna bulunya lebih kelabu.
Walaupun agak terkejut melihat perbedaan itu, induk bebek segera mengajak anak-anaknya meninggalkan sarang menuju kolam untuk berenang. Mereka bergabung dengan kawanan bebek yang begitu ramai di dalam kolam.
Kemunculan anak bebek kelabu berbadan bongsor di antara mereka, sangat menarik perhatian dan segera menjadi pergunjingan. Mereka bertanya-tanya, jenis bebek apakah dia. Anak-anak bebek lain mulai mengerumuninya dan mulai ada yang mengejeknya.
Melihat sikap bebek-bebek lain, bebek kelabu kemudian membelokan arah berenangnya menjauhi kawanan bebek itu. Dia terus berjalan, melintasi sawah dan ladang. Hingga suatu ketika, bertemu dengan seorang petani yang bersedia membawanya pulang dan merawatnya.
Berminggu-minggu berlalu anak bebek kelabu itu tinggal bersama petani. Dia mulai belajar mengepak-ngepakkan sayapnya yang mulai berganti bulu. Dan ajaib, dia bisa terbang dengan sayapnya yang lebar.
Akhirnya dia mencoba terbang tinggi dan jauh. Melintasi kolam di mana dulu pertama kali dia belajar berenang. Kemudian dia menuju sisilain rawa-rawa yang merupakan hulu sungai. Di sana dia melihat kawanan angsa yang sedang berenang dan memutiskan untuk turun ke sungai di dekat mereka.
Sesaat setelah berenang di atas air, bebek kelabu menyadari angsa-angsa cantik itu memperhatikannya dan beberapa mulai mendekatinya. Dia merasa takut karena teringat ketika pertama kali berenang, dia dikerumuni kawanan bebek dan diejek.
"Hei, kemarilah. Kenapa engkau berenang menjauh? Siapakah namau? Baru pertama kali kami melihatmu di sini." Panggil seekor angsa ketika bebek kelabu hendak berenang menjauh.
"Em, aku..." bebek kelabu ragu-ragu. "Apakah kalian tidak akan mengejekku karena aku hanya seekor bebek kelabu yang jelek?" Katanya sambil menundukkan kepalanya.
Kemudian dia mendengar suara tawa yang sangat ramai dan keras. "Inilah yang aku takutkan. Mereka pasti menertawakan aku." Guman bebek kelabu.
"He, siapa yang mengatakan kau ini bebek? Siapa yang mengatakan kau jelek? Kau ini angsa putih yang sangat cantik. Ayo lihatlah pantulan wajahmu dalam air jerni itu!" kata seekor angsa yang berenang mendekatinya.
Betapa terkejurnya bebek kelabu, melihat cerminan dirinya di dalam air. "Ternyata benar aku bukalah bebek, aku adalah seekor angsa." gumannya. Kemudian dia menegakkan lehernya yang panjang dan segera berenang bergabung dengan kawanan angsa itu.