Dongeng Beruang dan Ibunya bersumber dari buku Bearcub and Mama karya Sharon Jennings dengan ilustrator Melanie Watt. diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Kids Can Press pada February 2007. Di Indonesia buku ini diterbitkan oleh Erlangga For Kids tahun 2008 dengan judul "Beruang Kecil dan Ibunya." Diterjemahkan oleh Fitria A., editor Winny Rachmayanti dan Dwi Kartika Wardhani.
"Diceritakan dalam bahasa yang sederhana dan menggugah serta diilustrasikan dengan warna yang kaya dan bercahaya, Bearcub dan Mama adalah kisah yang meyakinkan tentang pertumbuhan dan ikatan yang kuat antara ibu dan anak". demikian ditulis dalam promo buku tersebut.
Dalam nukilan ini, diceritakan bagian dimana beruang kecil dikucilkan oleh teman-temannya karena kekurangan fisiknya. Beruang kecil yang memiliki kekurangan berhasil menunjukan kemampuan dengan usaha sendiri. Kisah ini menceritakan dengan baik, bahwa kita tidak berhak mencela pihak lain yang berbeda dengan kita, yang tampaknya "berkekurangan." Dan juga, bahwa kita tidak harus bergantung pada penerimaan dari orang lain dan menjadi merasa buruk. Apapun kondisi kita, hendaknya bisa mensyukuri dan selalu berusaha lebih baik. Dukungan orang terdekat (keluarga) adalah yang paling kuat.
Kami mengajak semua orang tua, kakek nenek, bibi, dan paman! Ajak si kecil dan mari kita mulai sebuah tradisi keluarga yang akan bertahan seumur hidup. Mendongeng adalah cara yang menyenangkan dan menarik untuk menjalin ikatan dengan anak-anak dan menciptakan kenangan yang berharga. Baik itu berbagi cerita masa kecil Anda sendiri atau membaca cerita pengantar tidur klasik, keajaiban mendongeng pasti memikat dan menginspirasi. Jadi mengapa tidak mulai malam ini? Meregangkan tubuh dan pikiran dengan orang yang kita cintai dan biarkan cerita dimulai!
Beruang kecil memiliki dua tangan untuk mencakar dan dua kaki. Sementara anak beruang yang satu ini tidak memiliki telapak tangan, sehingga ia tidak bisa mencakar apa pun. Sejak lahir hingga usianya menginjak remaja, beruang kecil selalu bersama ibunya. Ia selalu menerima ejekan dari beruang lain atau pun hewan hutan yang lain.
“Hai beruang tanpa tangan, bisakah sekali saja kulihat kau berjalan tanpa ibumu?” tanya anak harimau, ibu beruang memperingatkan anaknya untuk tidak menggubris ejekan hewan lain.
Ibu beruang khawatir jika anaknya sendiri, ia tidak akan bisa melindungi diri jika ada hewan yang ingin memangsa. Namun, beruang yang dikucilkan merasa sedih karena setiap hari ia harus mendengar ejekan teman-temannya.
Suatu hari saat sedang asyik berjalan-jalan di hutan, beruang kecil menemukan sebilah pisau yang ditinggalkan seorang pemburu. Ia pun mengambil pisau itu dan meminta ibunya mengikatkan pisau itu pada tangannya. Dengan menggunakan akar pohon, pisau itu melekat kuat di tangan beruang.
Saat teman-temannya mengejek beruang, ia lalu menunjukkan pisau tajam yang berada di tangannya. Dengan pisau itu ia mencakar pohon dan mencabik-cabik kulitnya. Hewan-hewan yang semula mengejeknya kini membisu, walaupun beruang tidak memiliki telapak tangan, ia merupakan beruang yang hebat.
“Maafkan kami, Beruang. Tak seharusnya kami berlaku buruk padamu." ujar anak harimau.
“Kau beruang yang hebat, maukah kau menjadi teman kami?” tanya anak singa.
“Kami semua memiliki kekurangan,” ujar anak serigala.
“Aku tidak membenci kalian semua, aku juga sudah menganggap kalian adalah teman-temanku. Namun, aku ingin selalu bersama ibuku agar kami dapat saling menjaga. Kita semua sama, memiliki kelebihan dan kekurangan. Aku mohon pada kalian, teman-temanku, berhentilah menghina hewan lain.”
Semua terdiam mendengar perkataan beruang, ia pun berlalu bersama ibunya.
Dongeng Beruang dan Ibunya adalah kisah menyentuh yang mengajarkan nilai-nilai moral yang penting bagi pembaca dari segala usia. Ceritanya berkisar pada seekor anak beruang yang yang mengalami kekurangan dan lebih banyak bersama Ibunya. Sang Ibu selalu memiliki kekhawatiran, namun tetap berusaha memberikan kesempatan untuk tumbuh pada anaknya. Mereka bertekad untuk selalu saling menjada agar selalu selamat dan sehat, ditengah hutan kehidupan yang luas.
Cerita ini menekankan pentingnya ikatan keluarga dan cinta yang mendalam antara seorang ibu dan anaknya. Dedikasi tak tergoyahkan Ibu beruang untuk menjaga anaknya yang kadang menghadapi bahaya di hutan adalah bukti cinta yang dia miliki untuk anaknya. Ini mengajarkan pembaca nilai keluarga dan pentingnya selalu menjaga satu sama lain.
Terlepas dari rintangan yang dihadapi Ibu beruang di hutan, Anak beruang juga bertahan melalui tantangan itu dengan caranya sendiri. Bahkan ketika tampaknya mustahil. Ini mengajarkan pembaca nilai ketekunan dan pentingnya tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan.
Saat mereka menemukan solusi untuk sebuah persoalan, mereka menunjukkan kebaikan dan kasih sayang. Ini mengajarkan pembaca nilai kebaikan dan empati terhadap orang lain, terutama mereka yang mungkin membutuhkan dan memiliki kekurangan.
Ceritanya juga menyentuh konsekuensi dari tindakan. Apa yang kita lakukan adalah sebab dari kejadian berikutnya, dan itu adalah buah dari apa yang kita tanam. Ini mengajarkan kita pentingnya berpikir melalui tindakan mereka dan mempertimbangkan konsekuensi potensial dari pilihan mereka, baik bagi diri sendriri, maupun terhadap orang lain. Kisah ini mengajarkan nilai-nilai moral penting yang relevan di dunia saat ini. Itu menekankan pentingnya keluarga, ketekunan, kebaikan, dan memikirkan konsekuensi dari tindakan kita.