Dongeng dua ekor kambing ditulis ulang dari terjemahan bebas dongeng Aesop "The Two Goats". Dongeng ini menarik, karena mengantarkan pesan pada kita bahwa kesabaran, mengalah untuk kedamaian, atau mengalah untuk menang merupakan petuah yang layak dijadikan pertimbangan di kala kita menemui masalah atau pertentangan.
Kekuatan, kecepatan dan keberanian sangat penting untuk meraih tujuan. Namun ada saatnya kita harus memilih menyelamatkan diri terlebih dahulu ketimbang kita memaksakan diri, yang pada akhirnya merugikan. Seperti berhenti sebentar saat menyeberang jalan, adalah keputusan tepat untuk keselamatan kita.
Di sebuah padang berbatu di lereng bukit, dua ekor kambing sedang merumput. Mereka dua kambing jantan muda gagah dengan tanduk indah. Karena itu mereka selalu bersaing dalam hal apapun, untuk tetap menjadi yang terhebat. Termasuk dalam hal merumput, mereka selalu mencari tempat terpisah, namun tetap saling mengintai. Siapa yang berhasil mendapat padang yang lebih hijau dan tebal.
Suatu hari yang cerah setelah hujan semalam, mereka merumput bersebrangan sungai; sebuah sungai kecil dengan jurang yang dalam dan air yang deras; satu di utara satu lagi di sebelah selatan sungai. Setiap saat mereka meneriakkan betapa nikmat dan segarnya rumput yang mereka dapatkan, hingga berujung salin ejek.
Kemarahan dan kesombongan membuat mereka saling berhadapan di atas sebatang kayu tumbang yang melintang di atas sungai, seperti jembatan. Jalan sempit dan licin dengan jurang menganga dibawahnya, akan membuat siapapun yang memiliki keberanian paling tinggi akan berpikir seratus kali untuk menyebranginya.
Namun tidak dengan dua kambing ini, keangkuhan dan ingin menang membuat mereka melupakan rasa takut dan segala resiko. Mereka telah berhadapan, mengadu taduk yang menjadi simbol kegagahan; saling dorong dengan kekuatan mereka. Tidak ada kata mundur, mengalah ataupun menyerah, dan mereka akhirnya tergelincir dan jatuh kedalam arus sungai yang deras.