Suatu ketika, di sebuah taman hijau subur, seekor burung gagak yang haus sedang terbang mencari air. Matahari yang terik telah mengeringkan semua sungai, dan burung gagak hampir putus asa ketika dia menemukan sebuah kendi. Kendi itu setengah terisi air, tetapi paruh gagak tidak bisa mencapai air.
Burung gagak mencoba berbagai cara untuk sampai ke air, tapi sepertinya tidak ada yang berhasil. Dia akan menyerah ketika dia melihat beberapa batu di dekatnya. Sebuah ide terlintas di benaknya, dan dia mulai mengambil batu-batu itu dengan paruhnya dan menjatuhkannya satu per satu ke dalam kendi. Saat dia menjatuhkan lebih banyak batu, permukaan air mulai naik, dan tak lama kemudian, air mencapai ketinggian yang bisa diminum gagak.
Gagak memuaskan dahaganya dan terbang pergi, merasa bangga dengan kepintarannya. Dia telah mengakali pitcher dan memuaskan dahaga, semua berkat kemampuan berpikir cepat dan pemecahan masalah.
Hari-hari berlalu, dan burung gagak kembali terbang di atas taman yang sama. Dia memperhatikan bahwa kendi yang sama telah diisi ulang dengan air, tetapi kali ini, ketinggian air jauh lebih tinggi, dan burung gagak dapat dengan mudah meminumnya tanpa usaha apa pun.
Burung gagak senang dan berpikir bahwa tindakannya sebelumnya telah membuat kendi terkesan, dan itu telah mengisi lebih banyak air untuknya. Burung gagak merasa bangga dengan kecerdasannya dan berpikir bahwa dia telah mengakali kendi sekali lagi.
Namun, kenyataannya berbeda. Tukang kebun, yang mengisi kendi, telah memperhatikan batu-batu di sekitar kendi dan berpikir bahwa itu merusak pemandangan. Jadi, dia mengambil batu-batu itu dan membuangnya, dan saat melakukannya, beberapa di antaranya jatuh ke dalam kendi, menyebabkan permukaan air naik.
Burung gagak, yang tidak menyadari hal ini, berpikir bahwa tindakannya telah membuat perbedaan dan mulai menyombongkan kecerdasannya kepada sesama burung. Dia membual tentang bagaimana dia mengakali kendi, dan bagaimana dia adalah burung terpintar di taman.
Salah satu burung mendengarkan bualan burung gagak dengan sabar dan kemudian berkata, "Jangan terlalu bangga pada dirimu sendiri, temanku. Kecerdasanmu mungkin pernah membantumu, tetapi tidak selalu demikian. Ingat, selalu ada seseorang lebih pintar darimu, dan akan selalu ada situasi yang tidak akan bisa kamu selesaikan hanya dengan kecerdasanmu."
Burung gagak terkejut dengan kata-kata burung itu dan menyadari kebenaran di belakang mereka. Dia membual tentang kecerdasannya, tetapi kenyataannya, itu hanya keberuntungan yang membantunya memuaskan dahaga. Dia bodoh karena berpikir bahwa dia adalah burung terpintar di taman dan telah belajar pelajaran berharga tentang kerendahan hati dan pentingnya tidak membiarkan kesombongan menghalangi penilaian seseorang.
Moral dari cerita ini adalah bahwa seseorang tidak boleh membiarkan harga diri mereka menghalangi penilaian mereka. Terkadang, apa yang tampak sebagai hasil dari kecerdasan seseorang mungkin saja merupakan keberuntungan atau keadaan yang berada di luar kendali mereka. Kita harus selalu rendah hati dan ingat bahwa selalu ada seseorang yang lebih pintar dari kita, dan kita harus berusaha untuk belajar dari mereka.
Cerita ini juga menyoroti pentingnya keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Burung gagak mampu memuaskan dahaganya dengan berpikir out of the box dan menemukan solusi untuk masalahnya. Ini mengajarkan kita bahwa kadang-kadang, solusi untuk suatu masalah mungkin tidak jelas, dan kita perlu menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis untuk menemukan solusi.
Sebagai penutup, kisah Gagak dan Kendi memberikan pelajaran berharga tentang kerendahan hati, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis. Itu mengingatkan kita untuk menjadi rendah hati dan tidak membiarkan kesombongan menghalangi penilaian kita.