Dongeng Keledai dan Serigala, Kena Batunya

Dongeng Keledai dan Serigala ada banyak sekali versinya. Kali ini saya menulis ulang cerita tentag pertemuan Keledai dengan seekor Serigala yang ditemuinya saat jalan-jalan malam. Kisah ini saya rasa memberi gambaran sikap yang melakukan sesuatu tidak pada tempatnya; yang kadang mengganggu orang lain. Bisa juga tentang kita yang tidak mau mendengarkan atau mempertimbangkan nasehat orang lain.

Namun kalau dilihat dari sisi lain, ini juga bisa kita contoh cara Keledai membebaskan diri dari ancaman Serigala yang mungkin saja berniat jahat dengan mengajaknya ke tempat sepi. Cek juga Kanal Mipmap.id  untuk video dongeng.

Dongeng Keledai dan Serigala

Dikisahkan seekor Keledai yang periang, dipelihara oleh seorang buruh tani. Pada siang hari, Keledai harus bekerja keras membantu pekerjaan-pekerjaan majikannya, sedangkan di malam hari, berkesempatan bebas menikmati udara malam. Ia sering kali menggunakan kesempatan itu untuk pergi berjalan-jalan dan menikmati apapun yang ditemukannya di jalan atau ladang-ladang yang dilaluinya.

Pada suatu malam, ia bertemu dengan seekor Serigala yang tiba-tiba muncul dari semak-semak di sebuah ladang milik seorang petani.

"Ah, Serigala. Kau mengejutkanku!" kata Keledai sambil melompat ke belakang.

"Hai Keledai, hendak pergi kemanakah kamu malam-malam begini?" Tanya Serigala dengan tatapan tajam.

"Ahahah, aku baru saja bebas dari pekerjaan beratku, aku ingin menikmati malam yang cerah dan terang oleh cahaya bulan purnama ini. Tentu kau menyukainya juga kan?" Jawab Keledai dengan riang gembira, sambil menepuk-nepuk bahu Serigala.

Lalu serigala mengajak keledai untuk mengunjungi sebuah ladang yang katanya penuh dengan sayuran segar yang letaknya tidak jauh.

"Ayo, ikutlah denganku. Kita bersenang-senang. Setelah makan, kita akan ke bukit kecil itu dan bernyanyi sambil menikmati cahaya bulan. Ayolah, karaoke kita. Karaoke." Kata Serigala, sambil menyeret Keledai.

Dengan ragu-ragu Keledai mengikuti langkah Serigala.

Sesampainya di ladang tersebut, yang tidak jauh dari hutan kecil, hati Keledai cukup senang, melihat banyak makanan untuknya. Sambil menikmati mentimun, bayam dan sayur lainnya, Keledai tetap waspada pada Serigala yang mengawasinya dengan mata tajam.

“Oh ya Serigala, terimakasih kau telah menunjukan ladang dengan sayur yang begitu melimpah, aku sudah merasa kenyang sekali. Dan lihatlah bulan purnama itu, ia sangat indah bukan? Ayolah kita bernyanyi bersama sekarang.” Ajak Keledai, sambil berdehem-dehem melegakan tenggorokannya.

Serigala segera berusaha mencegah keinginan Keledai. "Keledai, jangan menyanyi di sini, itu ide yang buruk. Kalau kita ribut, petani pemilik ladang ini akan datang dan menghajar kita." Kata Srigala dengan suara pelan.

"Sudahlah, tidak akan apa-apa. Aku kenal petani itu, aku dan majikanku sering membantunya. Dia pasti senang dan terhibur kalau kita bernyanyi." Tanpa dapat dicegah, Keledai segera bernyanyi dengan suara keras, sekeras-kerasnya.

Benar saja, petani yang rumahnya tidak terlalu jauh segera mendatangi ladang. Serigala yang menyadari kedatangan petani, segera pergi meninggalkan Keledai.

Melihat Serigala yang kabur, Keledai menghentikan suaranya dan hendak kabur juga. Namun terlambat, petani telah melemparnya dengan batu dan disusul dengan pukulan tongkat.

Keledai segera berlari tunggang langgang meninggalkan ladang itu. Kepalanya lebam terkena batu dan kakinya agak pincang oleh hajaran tongkat petani. Tapi dia selamat dari muslihat Serigala.