Dongeng Kutukan Seekor Kucing

Dongeng Kutukan Seekor Kucing adalah dongeng yang kami temukan di beberapa blog online. Asalnya katanya dari Afrika, namun saya belum menemukan sumber aslinya.

Dongeng Kutukan Seekor Kucing

Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang anak perempuan yang bernama Malinpuan. Ia tinggal berdua dengan ibunya di sebuah rumah yang sederhana. Malinpuan adalah anak yang cantik, namun ia sangat manja dan selalu meminta dilayani oleh ibunya. Beruntung ibunya sangat sabar menghadapi perlakuannya.

Suatu hari setelah mandi, Malinpuan ingin berhias. Namun ia tidak menemukan sisirnya. Ia pun berteriak memanggil ibunya yang sedang memasak di dapur.

"Ibu, ibu! Dimana sisirku?"

"Sebentar sayang, akan ibu ambilkan. Ibu masih memasak di dapur."

Malinpuan menunggu di kamarnya. Sesaat kemudian ibunya datang membawa sisir. Sisir itu sebelumnya digunakan Malinpuan, namun setelah selesai ia letakkan begitu saja di atas meja ruang tengah.

"Ini sisirnya sayang..."

Malinpuan merampas sisir itu dari tangan ibunya. "Kenapa ibu lama sekali mengambilkan aku sisir?"

"Nak, ibu sedang memasak untuk kita makan nanti." jawab ibunya dengan sabar.

"Oya? Apa menu untuk kita makan nanti?"

"Nasi dengan sayur.”

Malinpuan berteriak pada ibunya. "Hanya nasi dan sayur? Bukankah rumah kita dekat dengan pasar? Kenapa ibu tidak membeli daging atau ikan?"

Ibunya tidak menjawab. Ia kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaannya menyiapkan makanan. Mereka kemudian makan bersama. Malinpuan makan dengan kesal karena tidak ada lauk kesukaannya. Seekor kucing menunggu di bawah kaki Malinpuan saat mereka sedang makan. Kucing itu mengeong-ngeong minta makan.

"Kenapa kucing ini ada disini? Bu, usir keluar kucing ini!!"

Kucing itu tetap mengeong. Ibu membawakan sedikit makanan keluar yang diikuti oleh kucing itu. Namun sebentar kemudian kucing itu datang lagi. Ibu kembali keluar membawa sedikit makanan untuk si kucing. Kali ini si kucing tidak mengikuti ibu.

"Meong..."

"Kenapa kau tidak mau keluar? Bukankah aku memberimu makanan?" tanya ibu pada kucing itu.

"Meong... aku tidak mau keluar."

"Lalu kau mau apa?"

"Aku mau tinggal disini dengan kalian..."

"Baiklah. Tapi kau hanya boleh tinggal di gudang belakang rumah. Kau tidak boleh masuk ke rumah ataupun dapur kami."

"Meong... baiklah."

Akhirnya kucing itu tinggal di gudang belakang. Saat makan, kucing itu akan duduk di pintu luar dan menunggu sisa makanan. Sementara sejak kucing itu ada di gudang belakang, tikus-tikus lari bersembunyi dan tidak lagi mengganggu Malinpuan dan ibu.
Suatu hari tanpa sepengetahuan siapa-siapa, kucing itu masuk ke dalam rumah dan tidur dalam kamar Malinpuan. Saat Malinpuan menemukannya ia marah-marah.

"Cepat keluar dari kamarku, kucing kotor!!" katanya sambil menendang kucing yang sedang tidur itu keras-keras.

Kucing yang sedang tidur itu tidak menyangka akan ditendang begitu keras sehingga ia langsung mati menyentuh tanah. Ibu yang mendengar Malinpuan marah-marah kemudian masuk ke dalam kamar dan menemukan si kucing yang sudah tergeletak tak bernyawa. Ibu menjadi sangat sedih. Sebaliknya Malinpuan menatap kucing itu dengan wajah puas karena ia tak lagi di ganggu. Ibu kemudian mengubur kucing itu di belakang rumah.

Dongeng lain: Keong dan Kijang Balapan Lari

Malam hari saat akan tidur, Malinpuan melihat ada sesuatu di atas selimutnya. Saat didekati ternyata itu adalah kucing yang tadi siang ditendangnya. Kucing itu mengangkat kepalanya. Malinpuan sangat terkejut.

"Meong..."

"Heh! Kau... kau... kan sudah mati. Kenapa kau ada disini?" Malinpuan terkejut dan takut.

"Meong..." kucing itu bangkit mendekati Malinpuan. Malinpuan melangkah mundur ketakutan.

"Meong... aku memang sudah mati. Ibumu yang penyabar sudah menguburku. Tapi aku kembali lagi tanpa tubuhku."

"Kau... kau hantu kucing? Tidak! Pergi kau dari sini." Malinpuan menjerit-jerit ketakutan. Ia berharap ibunya datang, namun tidak ada siapa-siapa. Hanya ada dia dan hantu kucing itu. Kucing itu semakin mendekati Malinpuan.

"Ba... baiklah... Kau mau apa?" Malinpuan menyerah ketakutan.

"Aku akan pergi, hanya jika kau menerima syaratku."

"Apa?"

"Kau harus bersikap baik pada ibumu. Kau harus menghormatinya. Selama ini dia sangat sabar pada sikap kasarmu. Sekarang kau harus membuatnya bahagia dengan bersikap baik dan menghormatinya."

Malinpuan yang masih ketakutan berpikir bahwa syarat yang diajukan sang kucing sangatlah mudah.

"Baiklah. Aku akan bersikap baik dan menghormati ibuku mulai saat ini."

"Bagus. Namun jika kau mengulangi lagi sikap kasarmu padanya, aku akan datang kembali." Kucing itu kemudian benar-benar menghilang. Malinpuan menghembuskan nafas lega. Dia jatuh tertidur.

Esoknya Malinpuan bangun pagi-pagi dan mulai bersikap baik pada ibunya. Ibunya terheran-heran melihat perubahan sikap anaknya. Ia merasa bersyukur.

Namun perlahan Malinpuan kembali kepada sikapnya yang kasar. Esoknya ia kembali memarahi ibunya, bersikap kasar pada ibunya dan membentaknya. Dan si kucing kembali muncul dalam kamarnya. Malinpuan terkejut.

"Kau mengingkari janjimu." kata si kucing.

"Janji? Apakah aku penah janji padamu?"

"Kau kembali bersikap kasar pada ibumu." si kucing berjalan mendekati Malinpuan. Malinpuan diam tak berkutik. Sesuatu dalam dirinya membuatnya tidak dapat bergerak.

"Mulai saat ini, kau aku kutuk menjadi batu!!" hantu kucing itu bergerak menerjang Malinpuan. Malinpuan hendak menghindar namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Perlahan ia merasa tubuhnya semakin kaku. Ia telah berubah menjadi batu!!