Menulis puisi membutuhkan keutuhan kerja tubuh, jiwa, hati dan otak. Tapi dia bisa dikerjakan secara bertahap, terutama bagi pemula seperti saya. Saya pernah menulis puisi, namun belum pernah mendengar paparan tentang bagaimana kerja seorang penyair sungguhan. Beruntung pada Sabtu 13 Mei 2023, saya mendengar pengantar penulisan puisi dari penyair sungguhan, Made Adnyana Ole dalam program Membaca Film Merangkai Kata, kerja sama Minikino Film Week dan Tatkala May May May 2023.
Tatkala May May May merupakan festival tahunan Tatkala Media, yang diselenggarakan setiap bulan Mei di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja.
Membaca Film Merangkai Kata merupakan program menonton film sebagai inspirasi menulis puisi. Program ini sebagai upaya mendorong apresiasi film pendek dalam bentuk yang lebih luas. Minikino sejak awal melihat film pendek sebagai sarana untuk merangsang sikap dan pikiran kritis terhadap tontonan, dengan harapan setelah menonton akan muncul ide-ide baru yang dituangkan dalam karya-karya baru, apapun bentuknya.
Program ini dimulai jam 7 malam waktu Buleleng, dengan menyajikan dua film pendek Indonesia berjudul Jamal dan Annah La Javanaise, yang akan menjadi inspirasi penulisan puisi. Bagi saya, dua film ini sama-sama bicara tentang "TKI". Bedanya, pada film pertama seorang ayah pergi mencari penghidupan ke negeri orang sementara pada film Annah La Javanaise, si Annah tidak pernah tahu dirinya akan dipekerjakan dan terdampar di negeri asing sebagai "TKI" yang tidak pernah mendapat upah.
JAMAL
Muhmad Heri Fadli / Fiction / 14:30 / Indonesia / 2020
Suami Nur baru beberapa bulan berangkat ke Malaysia sebagai TKI. Dia tiba-tiba dipulangkan dalam kondisi tak bernyawa.
ANNAH LA JAVANAISE
Fatimah Tobing Rony / Animation / 05:59 / Indonesia / 2020
Pada tahun 1893, seorang gadis berusia 13 tahun bekerja untuk pelukis Prancis Paul Gauguin di Paris sebagai pembantu dan modelnya. Ini adalah konsep ulang dari kisahnya.
"Kita malam ini menulis puisi itu santai saja, jangan gawat-gawat. Kalau mendengar sesama penyair berdiskusi mungkin kelihatannya gawat, karena kadang menggunakan kata-kata yang tidak dipahami awam." ungkap Ole mengantar sesi menulis puisi setelah menonton film selesai.
Walau sudah dibilang santai, wajah-wajah hadirin tampak gawat darurat ketika disodori kertas dan pena untuk menulis puisi. Namun ada yang kelihatan ringan saja menulis dengan wajah yang tetap serius. Keadaan itu membuat saya bingung, harus ikut serius santai, gawat atau cukup tenang-tenang saja.
Hal lain yang saya ingat - karena tidak mencatat - dari paparan Ole, bahwa dalam film pendek yang baru saja ditonton ada banyak sekali elemen yang bisa diambil sebagai inspirasi. Apakah suara atau visual, serta elemen-eleman penbentuknya, seperti warna, bentuk, gerakan, komposisi, objek dan sebagainya. Dari sekian banyak hal yang terjadi dalam film, kita pilih satu fokus dan tuliskan apa yang kita rasakan. Sebaiknya tidak sekedar mendeskripsikan apa yang dilihat atau didengar. Bekerjalah lebih dahulu dengan hati.
Menurut Ole, proses rasa inilah yang memberikan roh pada puisi. Setelah rasa ditemukan dan ditulis dengan jujur, maka barulah masuk pada kerja otak, yaitu editing. Dalam editing sudah akan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, pemilihan diksi, rima, gaya bahasa, dan hal-hal teknis lainnya. Dua bagian kerja inilah yang akan melahirkan puisi bagus. Tapi bisa saja, seorang telah menulis puisi sekali jadi dimana rasa dan keterampilan editing dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Namun, jika keterampilan berbahasa yang ditonjolkan di depan, maka yang lahir adalah untaikan kata-kata indah semata.
Dalam waktu lima belas menit yang diberikan oleh pemandu acara Ahmad Fauzi dari Minikino, hampir seluruh hadirin menyerahkan puisinya. Ada yang tampak percaya diri dengan puisinya, ada yang malu-malu, dan ada yang menganggap apa yang ditulis bukan puisi. Secara acak, peserta kemudian dipanggil untuk membacakan puisinya masing-masing.
Di sela-sela pembacaan puisi, Ole memberikan komentar-komentar menarik. Dua hal yang saya anggap penting - karena saya mengingatnya - bahwa latar belakang dan pengalaman hidup seseorang akan mempengaruhi bagaimana dia mengambil sudut pandang terhadap obyek inspirasinya. Dan tentu saja itu akan mempengaruhi bentuk puisi dan pesan yang terkandung di dalamnya. Ingatan-ingatan bawah sadar, yang selama ini terpendam dan sulit diungkapkan juga dapat muncul dalam sebuah puisi. Karena ketika menulis kata-kata sebagai puisi ada sebuah ruang bebas dan rasa terbebaskan dari belenggu kata-kata itu sendiri.
Janji Akar Pohon
Di bawah pohon itu,
janji kita terikat akar.
Tunggu aku.
Di bawah pohon itu,
bersama angin
aku datang menjadi dingin.
Lepaskan tangis
biarkan aku tetap hidup
satu kali lagi
dalam air matamu
menyelinap menjadi akar
Di bawah pohon itu,
sekali lagi saja
peluk aku.
Janji kita terikat akar
-----
Made Birus
Mahima - Singaraja, 13 Mei 2023