Kangkung, sebuah tanaman yang sudah sangat erat di hati masyarakat Indonesia baik itu kalangan bawah maupun kalangan atas. Rasanya yang enak, cara memasaknya yang juga terbilang sederhana hingga khasiatnya untuk kesehatan telah mendorong masyarakat Indonesia menjadi salah satu Negara pengonsumsi sayur kangkung terbesar di dunia. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya kangkung di pasar-pasar tradisional, bahkan kita juga dengan mudah menemukan kangkung yang belum dipanen di irigasi jika tinggal di daerah perdesaan.
Nah, Walau kangkung sudah sangat familiar di kalangan konsumen namun nyatanya kangkung masih sangat minim mendapatkan perhatian petani. Tidak heran memang melihat harga kangkung yang terbilang murah di pasaran. Di tingkat petani kangkung biasa dihargai di kisaran Rp.700 – Rp.800 dan di tingkat pengecer dihargai Rp.1000 – Rp.1500 saja per ikatnya. Tentu dengan harga tersebut petani tidak akan mampu menghidupi dirinya sendiri sehingga lebih memilih komoditas lain yang bernilai tinggi seperti tomat, cabe, atau selada. Tapi harga tersebut didapatkan jika hanya mengandalkan metode tradisional dalam budidayanya, bagaimana jika kamu terapkan teknologi pertanian ke sebuah tanaman kangkung? Mari kita bahas secara mendalam pada kesempatan kali ini.
Entah kenapa tumbuhan apapun jenisnya jika sudah dibudidayakan dengan metode hidroponik pasti akan lebih bernilai di mata konsumen khususnya konsumen yang berada dikalangan atas. Sama halnya dengan kangkung yang biasanya mendapat label sederhana di mata konsumen namun jika sudah bercap hidroponik harganya pun melonjak tinggi. Kangkung juga termasuk sayuran yang sangat mudah perawatannya dan memiliki periode panen yang sangat singkat yaitu hanya 30 hari saja. Sehingga jika kamu gabungkan dengan teknologi hidroponik maka kamu bisa mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.
Salah satu petani yang berhasil menerapkan metode kangkung hidroponik ini adalah Charlie Tjendrapati yang juga salah satu penggiat hidroponik terkemuka di Indonesia. Walau dengan modal awal yang cukup besar pada tahun pertama namun biaya produksinya akan berkurang di tahun kedua.
Kini dia bisa duduk dengan tenang melihat hasil jerih payahnya berubah menjadi uang yang tidak sedikit jumlahnya. Ya, omzet bisnis kangkung hidroponiknya bisa mencapai Rp. 97.200.000 per bulannya. Bahkan kesuksesannya ini mengundang banyak pujian dan decak kagum dari sebagain besar penggiat hidroponik dan pecinta tanaman dari seluruh Indonesia.
Contoh bisnis yang telah maju milik Charlie tadi bisa kamu lakukan jika sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tinggi di bidang hidroponik. Jika kamu masih pemula atau penggiat yang belum memiliki pengalaman yang cukup kamu bisa mencobanya dulu di rumah dengan membuat instalasi hidroponik secara sederhana dengan baskom. Walau tampak sederhana namun jika kamu tekun menjalaninya maka kamu akan membentuk jaringan pemasaran yang baik walau dalam skala kecil. Saat pengetahuan dan pengalamanmu dirasa sudah cukup begitu juga dengan modalnya, kamu bisa melanjutkan bisnismu ke tahap komersial dengan mengganti wadah yang tadinya menggunakkan baskom diganti dengan pipa paralon.
Pemilihan pipa paralon sebagai wadah dengan tujuan untuk menghemat ruang karena dengan penataan ruang yang tepat, pipa paralon dapat disusun vertikal keatas. Tentu dengan penataan seperti ini akan meningkatkan hasil panen karena setiap lubang (netpot) yang tersedia dapat terisi hingga 5 tanaman kangkung. Dan hal yang paling penting untuk dipertimbangkan adalah masalah nutrisinya, kamu bisa mendapatkannya di toko pertanian terdekat namun dengan harga yang mungkin kurang bersahabat. Ada baiknya jika kamu mulai mempelajari cara membuat nutrisi hidroponikmu sendiri karena selain murah kamu juga bisa mengatur sendiri kadar nutrisi yang sesuai untuk tanaman kangkungmu.
Pangsa pasar kangkung hidroponik mungkin sedikit berbeda dari kangkung biasa, Hal ini disebabkan oleh tingginya kualitas nutirisi, kesegaran, dan kelezatannya daripada kangkung yang dibudidayakan secara konvensional. Namun bukan berarti kamu tidak bisa menjualnya ke pasar-pasar tradisional, jika kamu memiliki jaringan yang luas kamu bisa bekerja sama dengan para pengecer agar tercipta harga yang semestinya untuk hasil panenmu.
Kamu juga dapat menjalin kerja sama dengan pelaku bisnis makanan terdekat, tentu hal ini dapat menjadi pijakan awal untuk mengembangkan bisnismu. Akan lebih baik lagi jika kamu menambah nilai jualnya dengan memberikan kemasan yang memperpanjang masa konsumsinya karena kangkung termasuk sayuran yang cepat mengalami kelayuan.
Teknologi hidroponik yang diterapkan kepada sayur kangkung dapat menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan. Terlebih sayuran ini termasuk sayuran yang cepat periode panennya dan mudah perawatannya sehingga kamu tidak perlu ambil pusing akan serangan hama dan hal-hal lainnya. Jika kamu tekun menjalani usaha ini dan menemukan pasar yang tepat untuk hasil panenmu maka keuntungan bisnis ini akan mengalir deras ke dompetmu.