“Belajar tidak mengenal usia”, katanya. Apalagi yang masih muda; yang masih punya kesempatan belajar lebih banyak; yang lahir dan bersentuhan dengan teknologi sejak dalam kandungan, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, ayah dan kakeknya yang ketika lahir masih diterangi damar sentir.
Sabtu lalu, 19 Juni 2021, muda-mudi Banjar Kembangsari, Desa Tukadaya, berkesempatan menerima kunjungan dan ilmu dari kawan-kawan Minikino (Yayasan Kino Media), yang berbagi tentang sejarah gambar bergerak (moving image), yang saat ini kita kenal dan nikmati sebagai video atau film.
Dalam sesi pelatihan 2 jam tersebut, muda-mudi menerima pemaparan dan praktek menciptakan gambar-gambar yang kemudian dipasang pada alat yang bernama #Zoetrope.
Zoetrope merupakan alat yang digunakan untuk mengerakan gambar; alat yang dapat menciptakan ilusi gerak dari rangkaian gambar yang dipasang di dalamnya. Zoetrope adalah alat pra-film animasi, yang ditemukan oleh William George Horner pada tahun 1834.
Gambar bergerak adalah sebuah seni untuk menggerakan objek, menciptakan ilusi gerak dari serangkaian gambar. Selanjutnya gambar bergerak berkembang menjadi lebih menarik, dimana fungsi kreativitas melahirkan karya seni yang melibatkan imajinasi. Konsep dasar gambar bergerak kemudian melahirkan animasi, yang berasal dari bahasa latin, anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan semangat.
Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak. Animasi merupakan seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan bergerak. Lembaran-lembaran kertas yang digabungkan menceritakan gerakan seorang tokoh di setiap sekuensinya. Sebelum kelahiran komputer sebagai alat bantu, maka gambar dibuat sendiri oleh pelukisnya dengan membayangkan setiap gerakan secara detail. (dikutip dari wikipedia)
Minikino adalah sebuah organisasi nirlaba yang menyatakan fokus pada gerakan literasi audio visual melalui film pendek. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran dan diskusi film pendek, pelatihan-pelatihan, pengembangan jejaring budaya sinema, serta kompetisi dan festival film pendek.
Dalam pengembangan jejaring budaya sinema, Minikino terhubung dan bekerjasama dengan berbagai lembaga dan individu dari berbagai negara. Dalam jejaring ini termasuk komunitas masyarakat di penjuru pulau Bali, dan tentu saja desa-desa di Jembrana menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Minikino memiliki berbagai program menarik yang siap dilaksanakan, tinggal bagaimana komunitas masyarakat di Jembrana atau Tukadaya menyambutnya. Ibarat mata airnya sudah siap, tinggal komunitas menyiapkan gelas untuk menampung airnya agar bisa dimanfaatkan.
Setelah sesi pelatihan ini, semoga ada minat lagi untuk menimba ilmu lebih lanjut: apakah tertarik belajar membuat film animasi, belajar video, film atau fotografi dan sebagainya. Kami Rumah Baca Bali Tersenyum bersama Makata – KIM Tukadaya siap memfasilitasi, di bawah arahan pemerintah desa.