Membaca cerpen-cerpen Made Suarbawa kadang terasa seperti menonton film pendek. Detil, rinci, tapi ketat dan padat. Penilaian saya mungkin saja dipengaruhi oleh pengetahuan utama saya tentang sosok penulisnya yang selama ini memang lebih banyak bergiat di Minikino, sebuah organisasi festival film pendek yang berkedudukan di Denpasar dan memiliki jaringan kerja amat luas di dunia internasional. Tapi, soal rinci dan detil, sepertinya bukanlah penilaian berlebihan.
Sejumlah tokoh dalam cerpen-cerpen ini dilukiskan dengan begitu teliti, sebagaimana seorang juru kamera dalam proses penggarapan film, yang dengan upaya keras mengarahkan moncong kamera ke seluruh tubuh pemain. Bagaimana wujud tokohnya, apa saja aksesorisnya, bagaimana tokoh itu bergerak, dilukiskan dengan penuh perhitungan, bahkan kadang terkesan amat lengkap. Seperti juga dalam sebuah film di mana kamera tak bisa merekam perasaan tokoh-tokohnya hingga ke dalam hati, Made Suarbawa tampak berupaya keras melukiskan perasaan tokoh-tokoh dalam cerpennya —sedih, cemas atau sakit hati— dengan hanya menarasikan gerak tubuh dan mimik sang tokoh. Pada bagain inilah salah satu letak kelebihan cerpen-cerpen Made Suarbawa.
Meski cerpen-cerpennya belum banyak dikenal pembaca karena memang belum banyak disiarkan di media massa atau media sosial, bisa diduga Made Suarbawa punya pengalaman menulis yang panjang. Ini tampak dari kematangannya mengatur strategi bercerita untuk mengaduk-aduk perasaan pembacanya. Strategi penceritaan yang cukup berani dilakukan pada cerpen “Kisah Peniup Seruling”. Cerita yang sesungguhnya sederhana ini diramu dengan dialog tanya-jawab yang terkesan monoton, namun penulisnya cukup lihai menyusun tanya-jawab itu sehingga pembaca menjadi penasaran dan membacanya hingga usai.
Meski sejumlah ceritanya memiliki tema sederhana, bahkan kadang klise, misalnya soal diskriminasi anak perempuan dalam keluarga di Bali, namun Made Suarbawa punya teknik penyelesaian yang tak tertebak. Saat sepasang suami-istri berbahagia atas kelahiran anak pertamanya yang perempuan, dan di sisi lain anak perempuan tak membuat keluarga besar mereka bahagia, Made Suarbawa menyelesaikan cerpen itu dengan amat datar, santai, tapi menimbulkan keharuan dan pesan terselubung yang cukup mendalam.
Akhirnya, selamat membaca.
Singaraja, September 2019
Made Adnyana Ole, editor
Note: Buku Kumpulan Cerpen Politik Kasur, Dengkur dan Kubur diterbitkan oleh Mahima Institute Indonesia - Singaraja (ISBN 978-623-7220-15-2). Bila ingin memiliki buku ini, dapat mengontak penerbit @bukumahima atau penulisnya @madebirus (IG).
Judul: Politik Kasur, Dengkur dan Kubur Pengarang: I Made Suarbawa Terbit: 30 Oktober 2019 ISBN : 978-623-7220-15-2 Bahasa: Indonesia Penerbit: Mahima Institute Indonesia Jenis Buku: Kumpulan Cerita Pendek