Permakultur dan Pilihan Hidup Berkelanjutan Diobrolkan di Kulidan

Permakultur diobrolkan di Kulidan Space pada Sabtu 18 Februari 2023, menghadirkan Sayu seorang spesialis permakultur dan agroforestry. Obrolan dimulai pukul 17.00 wita, menjelang pembukaan pameran karya lukis Gus West, seniman asal Jembrana yang punya perhatian pada lingkungan. Karena saya datang terlambat sekali, jadi hanya mendengar ujung obrolan yang diseting di depan Kulitan Kitchen & Coffee.

Dari meja paling belakang di bawah pohon kamboja, saya mendengarkan Sayu menjawab pertanyaan, bagaimana cara bertahan dan konsisten di jalur perjuangan lingkungan dan kehidupan berkelanjutan. Sayu menyampaikan bahwa dia menyiapkan diri menjadi gila di lingkungan yang "waras" untuk bisa bertahan. Ketika orang memasak memakai penyedap, makan makanan instan dan kita tidak, itu sudah memisahkan diri dari arus utama. Dalam perjalanannya, Sayu berpikir bahwa berusaha menggali masalah akan menimbulkan pesimis. Maka temukan satu masalah dan gali solusi sebanyak-banyaknya, itu yang akan membuat kita optimis dan terus berjalan.

Sayu juga menceritakan bagaimana orang tuanya dulu yang awalnya menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk. Kemudian beralih ke ponska, urea dan sebagainya, yang kemudian mengubah situasi sosial ekonomi dalam keluarga. Uang habis untuk membeli pupuk, dan yang tersisa hanya bisa untuk membeli garam dapur.

Selesai Dengan Diri Sendiri

Berbicara tentang tips masuk ke komunitas membawa ide permakultur atau kehidupan berkelanjutan, Sayu menyampaikan bahwa sebelum mengajak orang diluar lingkungan kita, maka kita harus selesai dengan diri kita dulu. Seperti permakultur, kita mulai dari zona 0 dan zona 1, yaitu diri kita, rumah kita dan halaman rumah kita.

Ketika kita keluar dari zona kita sendiri, masalah pasti akan lebih banyak. Memulai konsep permakultur tidak terlalu sulit, tapi keberlanjutannya ternyata lebih sulit. Apalagi di kalangan anak muda yang sudah terbiasa dengan budaya instan. Subsidi pupuk ternyata tidak mendidik karena menimbulkan banyak mafia pupuk sehingga harga beli petani jadi lebih tinggi. Namun solusi dalam hal ini adalah mengikuti alur anak muda itu sendiri. Membuat "mainan baru" membuat anak muda jadi lebih tertarik mengikuti permakultur dan permasalahannya.

Seorang peserta diskusi menyampaikan - saya tidak ingat namanya - dalam prakteknya kegiatan terkait lingkungan menjadi trend instan. Ikut meramaikan tapi tidak paham esensinya. Pegang cangkul, berfoto lalu sibuk dengan hp untuk bikin caption. Kadang segala sesuatunya tidak perlu dilaporkan atau dikatakan. Lakukan saja dan saat ada hasil baru laporkan pada dunia.

Bertemu Permakultur dan Berusaha Memahaminya

Pertama kali saya bertemu permakultur adalah di Omah Apik, kalau tidak salah tahun 2020. Secara kebetulan memergoki Sayu sedang berbagi tentang permakultur yang merupakan proyek lanjutan alih fungsi kebun-kebun indah Omah Apik Pejeng menjadi kebun-bekun sayur yang produktif. Saat itu saya hanya mendengarkan dan berusaha memahaminya, dan bercita-cita untuk menulisnya sebagai bahan ingatan. Tapi baru sekarang saya menulisnya, setelah ketemu obrolan permakultur di Kulidan. Jangankan mempraktekan permakultur, menulisnyapun baru saya praktekan sekarang.

Saya baca wikipedia untuk mendapat sedikit gambaran apa itu permakultur. Ternyata permakultur bukan sekedar mempetak-petakkan kebun agar terlihat cantik untuk selfie. Permakultur sendiri merupakan cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam. Kalau disimak, permakultur akan merekam situasi lingkungannya dan dirancang menyesuaikan situasi manusia dan lingkungannya.

Ada zonasi yang dirancang dalam praktek permakultur. Zonasi ini mengacu pada pergerakan manusinya. Zona 1 dan 2 merupakan area terdekat pusat hidup si manusianya, membutuhkan perhatian dan kunjungan paling sering. Sementara zona 3, 4 dan 5 merupakan zona kerja lebih jauh yang umumnya mendapat lebih sedikit kunjungan atau kebutuhan perawatan. Pembagian zona ini berkaitan dengan efektifitas energi yang dibutuhkan dari manusia.

Zonasi Permakultur

Zona 0
Merupakan pusat aktivitas, rumah atau rumah utama. Disini dilakukan praktek-praktek keberlanjutan. Prinsip penggunaan energi terbarukan, tanpa limbah, penghematan air dapat diterapkan di zone ini.

Zona 1
Merupakan zona yang paling dekat dengan rumah atau yang paling sering dilalui. Sesuatu yang membutuhkan perhatian harian, observasi, dan pemeliharaan rutin. Kebun herbal dan sayur, atau tong sampah untuk dapur baik ditempatkan di area ini untuk kecapatan akses.

Zona 2
Zona ini adalah kawasan yang membutuhkan frekuensi perawatan yang lebih jarang, dikunjungi beberapa hari sekali. Penetapan zona dan bagaimana dimanfaatkan akan berbeda tergantung lingkungannya, urban atau di pedesaan. Kebun yang membutuhkan pemangkasan seminggu dua kali, kebun yang memuiliki irigasi terkontrol, tempat komposting, bisa menjadi zona 2.

Zona 3
Bagian ini dikenal sebagai kawasan pertanian atau kawasan produksi. Di zone 3 menjadi kawasan bercocok tanam untuk kebutuhan domestik atau untuk dijual, yang membutuhkan lebih sedikit intensitas perawatan. Di pedesan misalnya kebun pisang, jagung, atau padi. Di area urban tentu akan beda lagi, atau bahkan jarang yang memenuhi sebagai kawasan zone 3 karena keterbatasan lahan.

Zona 4
Bagian 4 dari pembagian wilayah permakultur sudah mulai bergerak lebih jauh dari kawasan utama. Kawasan ini menjadi penyangga antara zona sebelumnya dengan zona selanjutnya yang merupakan zona “liar”. Kawasan ini terutama digunakan untuk mencari bahan makan yang tumbuh liar serta produksi kayu untuk konstruksi atau kayu bakar.

Zona 5
Kawasan ini adalah area yang dibiarkan liar. Kalau di kawasan hutan, ini adalah hutan lindung. Dimana tidak dibutuhkan intervensi manusia. Semuanya dibiarkan liar, baik itu tumbuhan dan habitat lain yang nantinya berguna menyokong zonasi lainnya.

Prinsip Permakultur

  1. Amati dan Berinteraksi

Ini adalah prinsip pembelajaran. Kesediaan kita untuk mengamati dan berinteraksi dengan sekitar kita, apakah itu alam, tumbuhan, tanah, dan manusia. Belajar dari alam dan melihat bagaimana orang lain menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan. Yang nantinya bisa diadopsi kedalam konsep dan desain permakultur di lingkungan kita sendiri.

  1. Menangkap dan Menyimpan Energi

Energi berlimpah di alam ini perlu kita manfaatkan. Angin dan sinar matahari banyak dan gratis. Perlu mengamati dan mempelajari bagaimana itu bisa dimanfaatkan. Sesederhana cukupnya cahaya masuk ke dalam rumah atau kantor, sehingga tidak lagi membutuhkan lampu saat siang hari.

  1. Dapatkan Hasil

Mulailah memikirkan hasil apa yang bisa dituai. Kita bisa menghasilkan sayuran, cabe, tomat untuk kebutuhan dapur. Tahu sesuatu yang non materiil, misalnya kesenangan dan kesehatan berkat apa yang kita praktekkan.

  1. Terapkan Regulasi Diri dan Terima Umpan Balik

Menerapkan aturan diri berdasarkan target-target kehidupan berkelanjutan dalam diri kita. Disini juga bicara tentang swakelola dan penataan mandiri. Kita bisa melakukan analisa internal, apakah kita sudah bisa memilih barang apa yang kita konsumsi, beli dan bawa pulang ke rumah. Dengan menganalisa, mungkin ada yang bisa kita perbaiki lagi.

  1. Pergunaan dan Hargai Energi Terbarukan

Dengan menggunakan kekuatan matahari, angin, atau air, kita dapat menggerakkan rumah kita, menumbuhkan makanan kita, dan meregenerasi lingkungan kita. Beralih ke pemasok energi ramah lingkungan (di Indonesia masih monopoli) – atau bahkan menghasilkan listrik sendiri dengan panel surya atau infrastruktur terbarukan lainnya di rumah – adalah sesuatu yang kita dapat lakukan untuk menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

  1. Tidak Menghasilkan Limbah

Bicara konsep tanpa limbah / sampah, maka kita bisa bergerak dari menguranginya. Reuse, reduce, recycle menjadi langkah yang bisa kita terapkan. Selalu membawa tas belanja sehingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Melakukan komposting juga salah satu langkah. Meimilih alat-alat jangka panjang juga merupakan langkah pengurangan sampah.

  1. Desain dari Pola Hingga Detailnya

Mendesain dengan membaca pola yang ada disekitar merupakan hal yang baik. Suatu rancangan yang bersifat universal, bisa diterapkan di berbagai situasi. Berpikir secara menyeluruh, tentang semua bidang kehidupan kita, dapat membantu kita bergerak maju ke arah yang positif.

  1. Integrasikan Jangan Pisahkan

Kita mempelajari tentang simbiosis mutualistis, rantai makanan, yang mana setiap unsur alam saling menopang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu memiliki hubungan saling memberi manfaat. Saling keterkaitan satu dengan yang lain menjadi prinsip penting permakultur. Keberlanjutan adalah sesuatu yang kita capai bersama – melalui kolaborasi dan kerja sama – bukan sesuatu yang kita lakukan sendiri.

  1. Gunakan Solusi Kecil dan Lambat

Mulai dari nol, mulai dari satu langkah kecil menuju langkah yang lebih besar. Jika memaksakan langsung dihajar dengan kerja besar, tenaga akan cepat habis, kemudian menyerah. Mulai dari yang kecil. Mengubah gaya hidup secara ekstrim, mungkin bisa dimulai dari mengubah satu kebiasaan kecil namun konsisten dan dimulai dari sekarang.

  1. Manfaatkan dan Hargai Keanekaragaman

Keberagaman atalah kunci keindahan. Representasi keaneka-ragaman dalam satu ekosistem akan membuat lingkungan tersebut bekerja lebih baik. Dalam pertanian dikenal istilah polikultur, dimana ditanam berbagai jenis tanaman yang saling mendukung. Bukan sekedar ingin mendapat hasil dari berbagai tanaman sepanjang tahun. Tetapi pola non-monokultur ini juga dikenal mampu mengendalikan hama tanaman, dengan istilah ‘pengendalian hama terpadu’.

  1. Manfaatkan Sisa dan Hargai Hal Marjinal

Keberlanjutan adalah tentang memanfaatkan semua sumber daya yang kita miliki. Memanfaatkan barang sisa, memanfaat lahan sisa dan memberi nilai pada ruang-ruang antara yang akan menjadi nuansa dukungan bagi pertemuan habitat atau ekosistem.

  1. Manfaatkan dan Tanggapi Perubahan Secara Kreatif

Perubahan tidak bisa kita bendung. Semuanya terjadi lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Bisa dikatakan kita tidak punya kuasa untuk membendungnya. Namun sikap kita terhadap perubahan tersebutlah yang bisa kita kontrol. Sikap dan gaya hidup yang berkelajutan, menyikapi perubahan secara kreatif, merupakan pilihan yang bisa kita kendalikan.

 

Made Birus

Pencerita yang suka berbagi melalui tulisan, foto, tarot dan film yang terus didalami dan dinikmati. Tahun 2019 mengeluarkan buku kumpulan cerpen Politk Kasur, Dengkur dan Kubur. Beraktivitas bersama Minikino, Film Sarad, Mipmap dan Bali Tersenyum.